Kebudayaan Indonesia Kuno




BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
       Budaya/Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari budahi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Zaman batu tua atau paleotikum berasal dari kata paleolithic atau palaeolithic, bahasa Yunaninya palaios yang artinya purba dan lithos artinya batu. Paleolitikum adalah zaman prasejarahyang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah tahun 50.000 SM-10.000 SM.

Kebudayaan paleolitikum adalah hasil kegiatan  atau peninggalan dari manusia purba pada zaman batu tua atau paleolitikum. Adanya kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong. Ditemukan alat-alat batu seperti kapak genggam pada kebudayaan pacitan sedangkan pada kebudayaan ngandong lebih ke alat-alat yang terbuat dari tulang.
Paleolitikum yang merupakan zaman pada zaman prasejarah menyimpan banyak cerita mengenai awal kebudayaan terbentuk di Indonesia, maka penting untuk kita mengetahui sejarah kebudayaan paleolitikum di Indonesia. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul Kebudayaan Zaman Paleolitikum.

B.Batasan masalah
         Agar makalah ini lebih terarah dan jelas,maka pembatasan masalah dalam makalah ini adalah Kebudayaan Zaman Paleolitikum.

C.Rumusan Masalah
         Sesuai dengan pembatasan makalah di atas,maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana kebudayaan Indonesia kuno?
2.      Bagaimana keadaan bumi dan iklim Indonesia menjelang zaman prasejarah?
3.      Apa-apa saja pembagian zaman dalam kebudayaan manusia kuno secara umum?
4.      Apa pengertian kebudayaan paleolitikum?
5.      Bagaimana bentuk manusia pertama pada zaman paleolitikum?
6.      Bagaimana kebudayaan Indonesia purba pada zaman paleolitikum?
7.      Apa kepercayaan manusia purba pada zaman paleolitikum?

BAB II
ISI
A.Kebudayaan Indonesia Kuno
Sudah kita ketahui bahwa kebudayaan itu selalu berubah-ubah.Lebih-lebih jika ada sebab dari luar,maka perubahan dalam kebudayaan itu mungkin sangat besar dan luas, sehingga timbul kebudayaan baru.Demikianlah kebudayaan dewasa ini adalah hasil dari pertumbuhan dan perkembangan di waktu yang lalu.Maka untuk mengetahuinya dan mengenalnya,lebih-lebih untuk dapat menyelaminya benar-benar,perlulah ditinjau sejarahnya.
     Adapun kebudayaan Indonesia sekarang,betapa banyak ragam dan coraknya adalah hasil dari perkembangan masa ke masa.Dalam perkembangannya itu terdapat banyak sekali pengaruh-pengaruh dari luar dan pengaruh-pengaruh itu telah memberi corak dan sifatnya sendiri.Maka berdasarkan atas corak-corak khusus itu,dalam mempelajari sejarah kebudayaan Indonesia,orang mengadakan pembagian-pembagian,yang masing-masing sebenarnya tidak mempunyai batas-batas yang mutlak.
     Pertama,dua pembagian besar yang disebutkan di atas tadi,berlaku pula di sini ialah zaman prasejarah dan zaman sejarah.Kedua macam zaman ini masing-masing dibagi lagi menurut corak dan sifatnya yang khusus untuk sesuatu waktu.Kalau zama prasejarah kita ambil sebagai satu zaman,maka zaman sejarah negri kita dapat dibagi menjadi 3 masa,yaitu zaman purba,madya dan baru.Demikianlah maka sejarah kebudayaan Indonesia seluruhnya dapat dibagi menjadi 4 masa,yaitu:
1.      Zaman prasejarah,sejak dari permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai kira-kira abad ke-5 Masehi
2.      Zaman purba,sejak datangnya pengaruh India pada abad-abad pertama tarikh Masehi sampai lenyapnya kerajaan Majapahit sekitar tahun 1500 M
3.      Zaman madya,sejak datangnya agama dan pengaruh Islam menjelang akhir zaman Majapahit sampai akhir abad ke-19
4.      Zaman baru (modern),sejak masuknya anasir-anasir barat dan tekik modern pada kira-kira tahun 1900 sampai dewasa ini.
B. Keadaan Bumi dan Iklim Indonesia Menjelang Zaman Prasejarah
Kehidupan di Bumi pada masa Prasejarah:
1.    Arkaekum
            Zaman arkaekum adalah zaman tertua yang berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun. Pada zaman itu bumi masih merupakan bola gas sangat panas yang berputar pada porosnya. Sehingga pada masa itu kehidupan di bumi belum ada.
 Ciri-ciri zaman arkaekum:                                  
Belum ada kehidupan bumi masih berupa bola gas yang sangat panas berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun yang lalu
2.    Paleozoikum
            Zaman paleozoikum adalah zaman dimana keadaan bumi masih belum stabil, iklim masih berubah-ubah dan curah hujan sangat besar. Zaman ini berlangsung kurang lebih 340 juta tahun. Pada zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan seperti makhluk bersel satu (mikroorganisme), hewan-hewan kecil yang tidak bertulang punggung, jenis ikan, dan jenis ganggang atau rumput-rumputan. Adanya hewan dan tumbuhan di bumi pada zaman ini diketahui dari sisa-sisanya yang telah membatu yang disebut fosil. Fosil ini umumnya ditemukan di batu karang. Zaman ini disebut juga zaman primer (Zaman pertama). Zaman paleozoikum dibagi menjadi enam periode, berturut-turut dari yang paling tua: Kambrium, Ordovisium, Silur, Devon, Karbon, dan Perm.
Ciri-ciri zaman paleozoikum:
·      Sudah mulai terdapat kehidupan berupa mikroorganisme
·      Keadaan bumi masih belum stabil
·      Iklim masih berubah-ubah
·      Curah hujan sangat besar
·      Berlangsung sekitar 340 juta tahun
                                           
3.    Mesozoikum
            Zaman mesozoikum adalah masa yang berlangsung sekitar 150 juta tahun. Pada zaman itu perkembangan reptil mencapai puncaknya terutama dinosaurus. Mesozoikum ditandai dengan aktivitas tektonik, iklim, dan evolusi. Benua-benua secara perlahan mengalami pergeseran dari saling menyatu satu sama lain menjadi seperti keadaannya saat ini. Pergeseran ini menimbulkan spesiasi dan berbagai perkembangan evolusi penting lainnya. Iklim hangat yang terjadi sepanjang periode juga memegang peranan penting bagi evolusi dan diversifikasi spesies hewan baru. Pada akhir zaman ini, dasar-dasar kehidupan modern terbentuk.
Ciri-ciri zaman mesozoikum:
·      Terdapat banyak hewan reptil seperti dinosaurus
·      Iklim bumi mulai hangat
·      Merupakan dasar dari kehidupan modern
·      Berlangsung sekitar 150 juta tahun
4.    Neozoikum
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Saat itu keadaan bumi sudah semakin memungkinkan untuk mendorong munculnya makhluk hidup lainnya seperti binatang menyusui, sejenis kera dan monyet.
 Ciri-ciri zaman neozoikum:
·      Merupakan puncak dari hewan mamalia
·      Hewan reptil besar telah punah
·      Iklim bumi sudah mulai stabil
·      Terbagi menjadi dua zaman yaitu zaman tersier dan zaman kuarter
·      Berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu
Zaman Neozoikum dibagi menjadi dua zaman, yaitu zaman tersier dan kuarter. Berikut adalah penjelasannya:
1.    Zaman Tersier
            Zaman Tersier adalah zaman yang berlangsung sekitar 60 juta tahun yang ditandai dengan munculnya beragam jenis binatang menyusui (mamalia) termasuk primata seperti kera. Sedangkan jenis reptil raksasa lambat laun lenyap. Zaman tersier terbagi menjadi zaman Pliosen, Miosen, Oligosen. Eosen, Paleosen. Orangutan mulai muncul pada masa Miosen. Daerah asalnya mungkin dari Afrika. Saat itu Benua Afrika. Saat itu benua Afrika masih bersatu dengan Jazirah, Arab. Daerah Afrika Timur belum gersang seperti sekarang. Orangutan merupakan kera yang tinggal di pucuk-pucuk pohon besar. Makanannya terutama buah dan daun-daunan. Mereka menyebar ke hutan di Asia Barat Daya, Asia Selatan, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Di akhir masa Moisen terjadi perubahan besar pada kulit bumi dan lingkungan alamnya. Benua Afrika lepas dari benua Asia sehingga muncul Laut Merah. Dareah hutan di Afrika Timur berubah menjadi sabana. Beberapa bagian Jazirah Arab menjadi gurun dan hutan di India juga berkurang. Orangutan tidak menyesuaikan diri dengan perubahan iklim dan lingkungannya. Mereka kemudian berpindah ke Asia Tenggara yang masih memiliki hutan yang lebat. Sisa-sisanya masih dapat kita temukan di Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.
            Pada zaman Pliosen, yaitu sekitar 10 juta tahun yang lalu, hidup hewan yang lebih besar daripada gorilla yang disebut dengan Giganthropus (kera manusia raksasa). Hewan ini ditemukan di Bukit Siwalik di kaki Pegununggan Himalaya dan Selat Himla (sebelah utara India). Giganthropus hidup berkelompok, sehingga mereka dapat berkembang biak dan menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Giganthropus akhirnya punah karena sebab yang tidak jelas.
            Selain Giganthropus, dari masa yang sama hidup makhluk lain yang disebut dengan Australopithecus (manusia kera dari selatan). Ada sekitar 65 fosil Australopithecus telah ditemukan di Afrika Selatan dan Afrika Timur. Sedangkan di Kalimantan Barat dari kala Eosen Akhir ditemukan fosil vertebrata yaitu Anthrcotherium dan Choeromus (sejenis babi hutan purba) yang juga ditemukan di Asia Daratan. Penemuan fosil ini membuktikan bahwa kala Eosen terakhir, Kalimantan Barat bergabung dengan Daratan Asia.
Ciri-ciri zaman tersier:
·      Berlangsung sekitar 60 juta tahun
·      Telah muncul berbagai jenis manusia purba
·      Terdapat banyak migrasi hewan ke seluruh bagian dunia untuk menyesuaikan iklim

2.    Zaman Kuarter
            Zaman kuarter adalah zaman yang ditandai dengan adanya kehidupan manusia seperti sekarang. Zaman Kuarter berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.
 Ciri-ciri zaman kuarter:
·           Sudah terdapat manusia modern (Homo sapiens)
·           Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu
·           Keadaan alam masih liar dan labil
·           Bumi masih diselimuti es dan mencair pada akhir kala pleitosen
·           Daratan di bumi mulai terpecah karena es mencair
·           Manusia purba sudah punah
·           Zaman kuarter sendiri juga terbagi menjadi zaman Holocen (Holosin) dan zaman pleistocen.
5.    Kala Pleitosen (Dilivium)
            Kala Pleitosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Kala Pleitosen menjadi sangat penting karena pada masa ini mulai muncul manusia purba. Keadaan alam pada masa ini masih liar dan labil karena silih bergantinya dua zaman, yaitu Zaman Glasial dan Zaman Interglasial.
            Zaman Glasial adalah zaman meluasnya lapisan es di Kutub Utara sehingga Eropa dan Amerika bagian utara tertutup es. Sedangkan daerah yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat selama bertahun-tahun. Permukaan air laut turun disertai dengan naiknya permukaan bumi diberbagai tempat. Karena adanya pergeseran bumi dan kerja gunung-gunung berapi, banyak hutan, termasuk Indonesia menjadi kering, akibatnya muncul Paparan Sunda (Sunda Plat) dan Paparan Sahul (Sahul Plat). Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Malaysia barat bergabung dengan Filipina dan Formossa, Taiwan dan kemudian ke benua Asia. Bergitu pula Sulawesi melalui Minahasa, Pulau Sangir terus ke Filipina. Antara Jawa Timur dengan Sulawesi Selatan berhubungan melalui Nusa Tenggara.
            Zaman Interglasial adalah zaman diantara dua zaman es. Temperatur naik hingga lapisan es di kutub utara mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan terjadi berbagai banjir besar di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan banyak daratan terpisah oleh laut dan selat.
            Pada kala Pleistosen ini hanya hewan berbulu tebal saja yang mampu bertahan hidup. Salah satunya adalah Mammouth (gajah berbulu tebal).
            Sedangkan hewan berbulu tipis pindah ke daerah tropis. Perpindahan binatang dari Asia Daratan ke Jawa, Sulawesi dan Filipina ada yang melalui Malaysia (Jalan Barat), ada pula yang melalui Formosa, Filipina, ke Kalimantan , Jawa dan Sulawesi (jalan timur). Garis Wallace adalah garis antara selat makassar dan lombok yang merupakan batas antara dua jalan penyeberangan binatang tersebut.
            Selain itu juga, terjadi perpindahan manusia purba dari Asia ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil Sinanthropus pekinensis dalam jumlah besar di Peking (China) yang sejenis dengan Pitecanthropus erectus dari Trinil, Ngawi, (Jawa Timur). Bukit lainnya adalah ditemukannya alat-alat pacitan di China, Burma (Myanmar) dan Malaysia. Sedangkan Homo wajakensis yang merupakan nenek moyang bangsa Austrolid pada masa Pleitosen Tengah dan Pleitosen Atas menyebar dari Asia ke selatan. Sebagian besar dari mereka sampai ke Benua Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu suku Aborigin.

6.    Kala Holosen
            Pada awal kala Holosen, sebagian besar es di kutub utara sudah lenyap, sehingga permukaan air laut naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah Paparan Sunda dan Paparan Sahul tergenang air dan menjadi laut transgresi. Dengan demikian muncullah pulau-pulau di nusantara. Manusia purba lenyap, kemudian muncul manusia cerdas (Homo sapiens) seperti manusia sekarang.
C. PEMBAGIAN ZAMAN DALAM PRASEJARAH
Pembagian zaman dalam sejarah bumi didasarkan atas idiologi, nyata pula bahwa prasejarah hanyalah meliputi zaman terakhir saja dari pembagian itu, mulai dengan zaman quartair. Zaman ini dibagi dakam diluvium dan alluvium. Dari zaman alluvium yang berlangsung kira-kira 20.000 tahun itu hanya 6000 tahun yang lalu yang terakhir saja yang ditempati sejarah.
     Maka atas benda-benda peninggalan dibagi atas :
1.         Zaman batu, waktu logam belum dikenal dan alat-alat terutama sekali alat-alat yang terbuat dari batu.
Zaman batu dibagi lagi atas 3 bagian :
·           Paleolitikum atau zaman batu tua. Sebagian cirri zaman ini adalah alat yang dihaluskan. Manusianya belum hidup menetap,masih mengembara. Zaman ini berlangsung lama sekali,yaitu selama zaman geologi pleistocen atau diluvium.
·           Mesolitikum atau zaman batu tengah. Alat-alat zaman ini masih menyerupai alat-alat paleolitikum. Orang sudah mulai bertempat tinggal.
·           Neolitikum atau zaman batu muda. Alat-alat batu sudah diasah dan diupam sehingga halus dan banyak pula yang indah sekali. Kecuali tembikar sudah pun dikenal tenunan. Orang sudah bertempat tinggal tetap dan bercocok tanam.
2.         Zaman logam, waktu orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam yang ternyata lebih kuat dan lebih mudah dikerjakan daripada batu. Maka dalam zaman logam itu manusia terang sudah jauh lebih tinggi kebudayaan daripada dalam zaman batu.
Zaman logam ini dibagi atas :
·           Zaman tembaga, orang menggunakan tembaga sebagai bahan pembuatan alat-alatnya. Anehnya tembaga itu hanya dikenal dibeberapa bagian dunia. Di Asia Tenggara tidk ditemukan zaman tembaga melainkan terus saja dari neolitikum meningkat ke
·           Zaman perunggu, orang telah mendapatkan logam campuran yang lebih keras dari tembaga untuk pembuatan alat-alatnya yaitu perunggu,hasil pencampuran tembaga dan timah.
·           Zaman besi, orang telah dapat melebur besi dari bijihnya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Peleburan besi meminta panas yang jauh lebih tinggi dari peleburan tembaga ataupun perunggu.
Dengan demikian, maka alat-alat zaman besi itu tentu lebih sempurna daripada ala-alat zaman sebelumnya,untuk dapat memperoleh panas yang sangat tinggi itu.
Zaman besi ini adalah zaman terakhir dari prasejarah. Maka mudahlah kita menghitungkan,bahwa dengan berakhirnya zaman itu mulailah zaman sejarah. Tetapi tidak boleh kita lupakan bahwa sampai zaman modern kini pun masih belum ditinggalkan zaman besi itu sebagai bahan pembuatan berbagai macam alat.
Zaman batu mengumpamakan menggambarkan kepada kita bahwa batu itu menjadi bahan terutama untuk pembuatan alat,bahwa sebagaian besar dari kebudayaan kebendaan dewasa ini terdiri dari barang dari batu. Sedangkan beberapa bagiankah atom itu dari kebudayaan manusia modern sekarang ini?

Alluvium (holocen)
Zaman sejarah
Zaman besi
Zaman logam
Zaman prasejarah
Zaman perungggu
Zaman tembaga
Neolitikum
Zaman batu
Mesolitikum
Diluvium (pleistocen)
Paleolitikum

D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN PALEOLITIKUM
                Zaman batu tua atau   paleolitikum  berasal dari kata paleolithic atau  palaeolithic, bahasa Yunaninya palaios yang artinya purba dan lithos artinya batu. Paleolitikum adalah zaman prasejarahyang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah tahun 50.000 SM-10.000 SM.
Kebudayaan paleolitikum adalah hasil kegiatan  atau peninggalan dari manusia purba pada zaman batu tua atau paleolitikum. Adanya kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong. Ditemukan alat-alat batu seperti kapak genggam pada kebudayaan pacitan sedangkan pada kebudayaan ngandong lebih ke alat-alat yang terbuat dari tulang.
E. JENIS-JENIS MANUSIA PERTAMA
Temuan pithecanthropus erectus pada tahun1890 oleh E. Dubois di dekat Trinil, sebuah desa dipinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). Mula-mula didapatkan dari tulang rahang, hal ini menyebabkan dilakukannya penyelidikan lebih mendalam di lapisan bumi daerah itu. Dalam tahun berikutnyadidapatkan kira-kira 40 km dari tempat penemuan pertama tadi sebuah geraham dari bagian atas tengkorak. Beberapa meter dari situditemukan dalam tahun 1892 sebuah geraham lagi dan lima belas meter lagi sebuah tulang paha kiri.
Oleh karna dari tengkorak itu tak tak ditemukan dasarnya, tak dapatlah ditentukandengan pasti isi (volume) otaknya. Umumnya dikira-kirakan 900 cc. Makhluk dari Trinil itu ditempatkan di antara manusia dan kera. Pun bentuk tulang belakang kepalanya, yang menentukan duduknya kepala diatas leher, menunjuk kearah situ, ada yang menyerupai kera. Adapun tulang keningnyasangat menonjol kemuka, dan diatas bagian hidungbergandeng menjadi satu. Di atas tulang kening itu tulang dahinya terus saja licin kebelakang, sihngga dahinya dapat dikatakan tidak ada.
Tulang pahanya lebih mempunyai sifat kemanusiaan, sehingga nyata bahwa yang empunya berjalan tegak. Dari ukuran tulang itu dapat diketahui bahwa tinggi makhluk itu kira-kira 1,65 m. Gerahamnyalebih besar dari manusia biasa dan menunjukkan sifat-sifat kera.
Dari tahun 1936 sampai 1941 diselidiki Van Koegswald itu daerah sepanjang lebah kali Solo. Dalam tahun 1936 didapatkannya sebuah fosil tengkorak kanak-kanak didekat Mojokerto. Terutama dari tempat-tempat giginya dapat dikira-kirakan, bahwa empunya belum empunya belum melewati umur 5 tahun.meskipun besar sekali dugaa Von, bahwa tengkorak tadi berasal dari anak pithecanthropus, ia masih sangat hati-hati dalam mengemukakan pendapatnya. Maka sementara itu makhluk itu diberi nama Homo Mojokertensis.
Dalam tahun-tahun selanjutnya ditemukan oleh Von Koenigswald banyak bekas-bekas manusia prasejarah, diantaranya bekas-bekas pithecanthropus lainnya, sehngga sekarang kita punya empat orang dari jenis itu. Di samping itu banyak pula didapatkan fosil-fosil binantang menyusui dan terutama berdasarkan atas fauna (dunia hewan) inilah maka ia dapat membagi diluvium lembah kali solo (dan diluvium Indonesia pada umunya) dalam tiga lapisan: paling bawah ialah lapisan Jetis (pleistosen bawah), diatasnya lapisan Trinil (pleistosen tengah) dan paling atas ialah lapisan Ngandong (pleistocen atas).
Dalam pembagian lapisan itu ternyata, pithecanthropus erectus Dubois tempatnya dilapisan Trinil, jadi dalam lapisan pleistocen tengah. Adapun pithecanthropus lain-lainnya ada dipleistocen bawah.yang di pleistocen bawah ini oleh karna lebih besar dan lebih kuat tubuhnya dari pithecanthropus erectus maka dinamakan pithecanthropus Robustus. Dalam pleistocen bawah juga termasuk Homo Mojokertensis tadi, maka kemudian makhluk itu dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis.
Dalam tahun 1941 akhirnya ditemukan oleh Von Koenigswald didekat desa Sangiran (lembah sungai Solo juga) sebagian dari tulang rahang bawah, yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi sebaliknya banyak pula sifat-sifat keranya. Dagunya tak ada. Oleh karna itu von makhluk itu dianggap lebih tua lagi dari pithecanthropus, dan mengingat akan besar tubuhnya, maka makhluk itu dinamakan Meganthropus Paleojavanicus (megas= besar).
Sementara itu dalam tahun 1931-1934 di dekat desa Ngandong, di Lembah Bengawan Solo juga, ditemukan sebelas buah fosil tengkorak. Sebagian dari jumlah itu telah hancur, tetapi ada bebrapa yang cukup memberi bahan guna penyelidikan yang seksama. Hnya pada semua tengkorak itu tidak ada lagi tulang rahang dan giginya. Penyelidikan yang dilakukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich menunjukan, bahwa makhluk-makhluk itu lebih tinggi tingkatanya dari pada pithecanthropus Erectus, malahan sudah dapat dikatakan manusia.maka nama yang diberikaan adalah Homo Soloensis ( manusia dari Solo).
Penyelidikan yang diperbaharui yang lebih teliti lagi dilakukan pula terhadap sebuah tengkorak yang sudah dalam tahun 1889 ditemukan didekat Wajak, sebuah desa tak jauh dari Tulungagung (kediri). Tengkorak homo wajakensis ini sangat berlainan dengan tengkorak bangsa Indonesia, tetapi banyak bersamaan dengan tengkorak penduduk asli benus Australia sekarang. Maka menurut Dubois Homo Wajakensis itu termasuk dalam golongan bangsa Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan nantinya menurunkan langsung bangsa-bangsa asli Australia.
Menurut Von Koenigswald maka Homo Wajakensis itu, seperti juga Homo Soloensis, asalnya dari lapisan bumi pleistocen atas, dan munkin sekali sudah dapat dimasukkan dalam jenis Homo Sapiens. Ketinggian tingkatnya lebih jelas lagi dari kenyataan, bahwa berbeda dari jenis-jenis manusia tertua, maka Homo Wajakensis itu telah ditanam (dikubur), sebagaimana dapat nyata dari bekas-bekasnya waktu ditemukan.

F. Kebudayaan-Kebudayaan Zaman Palaeolithikum
1.Kebudayaan Pacitan
            Dalam tahun 1935 di dekat Pacitan oleh von Koenigswald ditemukan sejumlah alat-alat batu.Alat-alat semacam yang ditemukan itu biasa dinamakan kapak genggam,yaitu alat serupa kapak tetapi tidak digenggam.Dipergunakannya ialah dengan digenggam dalam tangan.Alat-alat Pacitan ini dalam ilmu prasejarah biasa disebut chopper (alat penetak).
        Penyelidikan yang teliti sekali menunjukkan bahwa alat-alat tersebut berasal  dari lapisan Trinil,jadi pleistosen tengah.Seperti kita ketahui,dari lapisan ini berasal pula Pithecantropos Erectus.Timbullah soal apakah enis manusia Pithecantropus inilah yang berkebudayaan alat-alat Pacitan itu.Hal ini mula-mula disangsikan.Tapi kesimpulannya adalah bahwa tidak mustahil Pithecantrpus itu memang berkebudayaan alat-alat yang didapatkan di dekat Pacitan itu.Dengan kata lain:Kebudayaan Pacitan itu ialah kebudayaan Pithecantropus.Kecuali di Pacitan,alat-alat Paleolithikum itu ditemukan pula di Parigi dan Gombong (Jawa Tengah),Sukabumi (Jawa Barat) dan Lahat (Sumatra Selatan).
     2.Kebudayaan Ngandong
            Di sekitar daerah Ngandong dan Sidorejo(dekat Ngawi,Madiun) didapatkan banyak alat-alat dari tulang di samping kapak-kapak genggam dari batu.Ada diantaranya yang dibuat dari tulang binatang menjadi semacam alat penusuk (belati) dan ada yang dari tanduk rusa.Rupanya alat itu digunakan untuk mengorek ubi dan keladi dai dalam tanah.Ada juga alat-alat seperti ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya yang mungkin dipergunakan untuk menangkap ikan.
            Termasuk kebuadayaan Ngandong pula ialah yang ditemukan di dekt Sangiran.Alat-alatnya kecil yang biasa dinamakan flakes dan sebagian dibuat dari batu indah seperti chalcedon.Pun di Cabenge (Sulawesi Selatan) ditemukan banyak flakes.
            Alat-alat di atas jelas tak dapat dipergunakan untuk bercocok tanam.Maka kesimpulannya adalah bahwa penghidupan manusia Paleolithikum ialah mengembara dari satu tempat ke tempat lain.Mereka tidak bertempat tinggal tetap,melainkan berpindah-pindah tergantung kepada binatang-binatang buruannya dan hasil-hasil tanah di sekitarnya.Cara penghidupan mengumpulkan bahan-bahan makanan sebagaimana terdapatnya dari alam diamakan food gathering.
     Adapun tentang kebudayaan keohaniannya kita tidak dapat mengetahui dengan sebenarnya,bukti-bukti boleh dikatakan tidak ada atau jika ada,sama sekali tidak mencukupi dan mmungkinkan kita mengambil kesimpulan dan memberi gambara yang nyata.Adapun tentang kesenian,dapat dikemukakan bahwa terutama di Eropa Selaan banyak sekali ditemukan tanda-tandanya.Arca-arca yang bersahaja,ukiran-ukiran di tulang dan lainnya dan lukisan-lukisan berwarna sangat indah pada dinding-dinding gua menunjukkan betapa tingginya kesenian di zaman akhir pleistosen itu.
           Di Indonesia,tanda-tanda yang nyata dari kesenian zaman pleistosen belum bisa didapat.Pada permulaan tahun 1950 ditemukanlah pada dinding gua Leang-Leang di Sulawesi Selatan oleh Ny.Heeren-Palm gambar-gambar tapak tangan warna merah.Tentang umurnya gambar-gambar itu mula-mula disangka berasal dari akhir Palaeolithikum seperti juga di Eropa.Tetapi penyelidikan yang teliti sekali memberikan petunjuk bahwa asalnya dari zaman berikutnya,ialah Mesolithikum,di waktu di negeri kita banyak gua-gua dipergunakan sebagai tempat tinggal manusia.
G. KEPERCAYAAN MANUSIA PURBA PADA ZAMAN PALEOLITIKUM
Pada zaman Paleolithikum atau zaman batu tua,kepercayaan yang dianut adalah animisme dan dinamisme.Animisme adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon,batu,sungai,gunung,dan sebagainya).Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidupnya.
            Manusia pada zaman Paleolithikum meyakini adanya hubungan antara yang telah meninggal dengan yang masih hidup.Jadi manusia yang hidup di zaman ini percaya arwah nenek moyang mereka selalu menjaga dan sebagai tempat meminta.Selain itu manusia Paleolithikum juga mempercayai kekuatan-kekuatan alam dan penguburan mayat sebagai hal yang mengandung nilai magis.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Zaman batu adalah suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbuat dari batu walaupun ada pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun bambu. Namun alat-alat yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut tidak tahan lama. Dalam zaman ini alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar (sederhana) karena hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup saja. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu, yaitu selama masa pleistosen (diluvium). Pada zaman paleolithikum ini, alat-alat yang mereka hasilkan masih sangat kasar.

         Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat.

B.     SARAN
Sebagai masyarakat Indonesia yang bijaksana kita hendaknya mengetahui sejarah kebudayaan manusia-manusia purba pada zaman prasejarah karena kalau kita lihat sekarang,masih banyak bentuk-bentuk kebudayaan seperti logam dan perunggu yang masih digunakan pada zaman ini.    

DAFTAR PUSTAKA

Soekmono,R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta :Sastra Budaya.
Koentjaraningrat. 1989. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta :Aksara Baru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS STRUKTUR, KOHESI DAN KOHERENSI CERPEN HENING DI UJUNG SENJA KARYA WILSON NADEAK

Makalah Penggolongan Sastra Nusantara Cerita Binatang dan Pelipur Lara

Membandingkan Cerpen Malin Deman dan Cerpen Jaka Tarub Berdasarkan Ilmu Sastra Bandingan