Kebudayaan Indonesia Kuno
BAB
1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Budaya/Kebudayaan
berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari budahi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Zaman batu tua atau paleotikum berasal dari kata paleolithic atau palaeolithic, bahasa
Yunaninya palaios yang
artinya purba dan lithos artinya
batu. Paleolitikum adalah zaman prasejarahyang bermula kira-kira 50.000 hingga
100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah tahun 50.000 SM-10.000 SM.
Kebudayaan
paleolitikum adalah hasil kegiatan atau peninggalan dari manusia
purba pada zaman batu tua atau paleolitikum. Adanya kebudayaan pacitan dan
kebudayaan ngandong. Ditemukan alat-alat batu seperti kapak genggam pada
kebudayaan pacitan sedangkan pada kebudayaan ngandong lebih ke alat-alat yang
terbuat dari tulang.
Paleolitikum yang merupakan zaman pada zaman prasejarah
menyimpan banyak cerita mengenai awal kebudayaan terbentuk di Indonesia,
maka penting untuk kita mengetahui sejarah kebudayaan paleolitikum di Indonesia. Oleh karena itu, penulis membuat
makalah dengan judul Kebudayaan Zaman Paleolitikum.
B.Batasan masalah
Agar makalah ini lebih terarah dan
jelas,maka pembatasan masalah dalam makalah ini adalah Kebudayaan
Zaman Paleolitikum.
C.Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan makalah di
atas,maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana kebudayaan Indonesia kuno?
2.
Bagaimana keadaan bumi dan iklim
Indonesia menjelang zaman prasejarah?
3.
Apa-apa saja pembagian zaman dalam
kebudayaan manusia kuno secara umum?
4.
Apa pengertian kebudayaan paleolitikum?
5.
Bagaimana bentuk manusia pertama pada
zaman paleolitikum?
6.
Bagaimana kebudayaan Indonesia purba
pada zaman paleolitikum?
7.
Apa kepercayaan manusia purba pada
zaman paleolitikum?
BAB
II
ISI
A.Kebudayaan
Indonesia Kuno
Sudah
kita ketahui bahwa kebudayaan itu selalu berubah-ubah.Lebih-lebih jika ada
sebab dari luar,maka perubahan dalam kebudayaan itu mungkin sangat besar dan
luas, sehingga timbul kebudayaan baru.Demikianlah kebudayaan dewasa ini adalah
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan di waktu yang lalu.Maka untuk
mengetahuinya dan mengenalnya,lebih-lebih untuk dapat menyelaminya
benar-benar,perlulah ditinjau sejarahnya.
Adapun kebudayaan Indonesia sekarang,betapa
banyak ragam dan coraknya adalah hasil dari perkembangan masa ke masa.Dalam
perkembangannya itu terdapat banyak sekali pengaruh-pengaruh dari luar dan
pengaruh-pengaruh itu telah memberi corak dan sifatnya sendiri.Maka berdasarkan
atas corak-corak khusus itu,dalam mempelajari sejarah kebudayaan
Indonesia,orang mengadakan pembagian-pembagian,yang masing-masing sebenarnya
tidak mempunyai batas-batas yang mutlak.
Pertama,dua pembagian besar yang disebutkan
di atas tadi,berlaku pula di sini ialah zaman prasejarah dan zaman
sejarah.Kedua macam zaman ini masing-masing dibagi lagi menurut corak dan
sifatnya yang khusus untuk sesuatu waktu.Kalau zama prasejarah kita ambil
sebagai satu zaman,maka zaman sejarah negri kita dapat dibagi menjadi 3
masa,yaitu zaman purba,madya dan baru.Demikianlah maka sejarah kebudayaan
Indonesia seluruhnya dapat dibagi menjadi 4 masa,yaitu:
1. Zaman
prasejarah,sejak dari permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai kira-kira
abad ke-5 Masehi
2. Zaman
purba,sejak datangnya pengaruh India pada abad-abad pertama tarikh Masehi
sampai lenyapnya kerajaan Majapahit sekitar tahun 1500 M
3. Zaman
madya,sejak datangnya agama dan pengaruh Islam menjelang akhir zaman Majapahit
sampai akhir abad ke-19
4. Zaman
baru (modern),sejak masuknya anasir-anasir barat dan tekik modern pada
kira-kira tahun 1900 sampai dewasa ini.
B. Keadaan Bumi dan Iklim Indonesia Menjelang Zaman Prasejarah
Kehidupan di Bumi pada masa
Prasejarah:
1.
Arkaekum
Zaman arkaekum
adalah zaman tertua yang berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun. Pada zaman
itu bumi masih merupakan bola gas sangat panas yang berputar pada porosnya.
Sehingga pada masa itu kehidupan di bumi belum ada.
Ciri-ciri zaman arkaekum:
Belum ada kehidupan bumi masih
berupa bola gas yang sangat panas berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun
yang lalu
2.
Paleozoikum
Zaman paleozoikum adalah zaman dimana keadaan bumi masih belum stabil,
iklim masih berubah-ubah dan curah hujan sangat besar. Zaman ini berlangsung
kurang lebih 340 juta tahun. Pada zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan
seperti makhluk bersel satu (mikroorganisme), hewan-hewan kecil yang tidak
bertulang punggung, jenis ikan, dan jenis ganggang atau rumput-rumputan. Adanya
hewan dan tumbuhan di bumi pada zaman ini diketahui dari sisa-sisanya yang
telah membatu yang disebut fosil. Fosil ini umumnya ditemukan di batu karang.
Zaman ini disebut juga zaman primer (Zaman pertama). Zaman paleozoikum dibagi
menjadi enam periode, berturut-turut dari yang paling tua: Kambrium, Ordovisium,
Silur, Devon, Karbon, dan Perm.
Ciri-ciri zaman paleozoikum:
·
Sudah mulai
terdapat kehidupan berupa mikroorganisme
·
Keadaan bumi
masih belum stabil
·
Iklim masih
berubah-ubah
·
Curah hujan
sangat besar
·
Berlangsung
sekitar 340 juta tahun
3.
Mesozoikum
Zaman mesozoikum adalah masa yang berlangsung sekitar 150 juta tahun. Pada
zaman itu perkembangan reptil mencapai puncaknya terutama dinosaurus.
Mesozoikum ditandai dengan aktivitas tektonik, iklim, dan evolusi. Benua-benua
secara perlahan mengalami pergeseran dari saling menyatu satu sama lain menjadi
seperti keadaannya saat ini. Pergeseran ini menimbulkan spesiasi dan berbagai
perkembangan evolusi penting lainnya. Iklim hangat yang terjadi sepanjang
periode juga memegang peranan penting bagi evolusi dan diversifikasi spesies
hewan baru. Pada akhir zaman ini, dasar-dasar kehidupan modern terbentuk.
Ciri-ciri zaman mesozoikum:
·
Terdapat banyak
hewan reptil seperti dinosaurus
·
Iklim bumi
mulai hangat
·
Merupakan dasar
dari kehidupan modern
·
Berlangsung
sekitar 150 juta tahun
4.
Neozoikum
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Saat itu keadaan
bumi sudah semakin memungkinkan untuk mendorong munculnya makhluk hidup lainnya
seperti binatang menyusui, sejenis kera dan monyet.
Ciri-ciri zaman neozoikum:
·
Merupakan
puncak dari hewan mamalia
·
Hewan reptil
besar telah punah
·
Iklim bumi
sudah mulai stabil
·
Terbagi menjadi
dua zaman yaitu zaman tersier dan zaman kuarter
·
Berlangsung sekitar
60 juta tahun yang lalu
Zaman Neozoikum dibagi menjadi dua zaman, yaitu zaman tersier dan kuarter.
Berikut adalah penjelasannya:
1.
Zaman Tersier
Zaman Tersier adalah
zaman yang berlangsung sekitar 60 juta tahun yang ditandai dengan munculnya
beragam jenis binatang menyusui (mamalia) termasuk primata seperti kera.
Sedangkan jenis reptil raksasa lambat laun lenyap. Zaman tersier terbagi
menjadi zaman Pliosen, Miosen, Oligosen. Eosen, Paleosen. Orangutan mulai
muncul pada masa Miosen. Daerah asalnya mungkin dari Afrika. Saat itu Benua
Afrika. Saat itu benua Afrika masih bersatu dengan Jazirah, Arab. Daerah Afrika
Timur belum gersang seperti sekarang. Orangutan merupakan kera yang tinggal di
pucuk-pucuk pohon besar. Makanannya terutama buah dan daun-daunan. Mereka
menyebar ke hutan di Asia Barat Daya, Asia Selatan, dan Asia Tenggara termasuk
Indonesia.
Di akhir masa Moisen terjadi perubahan besar pada kulit bumi dan lingkungan
alamnya. Benua Afrika lepas dari benua Asia sehingga muncul Laut Merah. Dareah
hutan di Afrika Timur berubah menjadi sabana. Beberapa bagian Jazirah Arab
menjadi gurun dan hutan di India juga berkurang. Orangutan tidak menyesuaikan
diri dengan perubahan iklim dan lingkungannya. Mereka kemudian berpindah ke
Asia Tenggara yang masih memiliki hutan yang lebat. Sisa-sisanya masih dapat
kita temukan di Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.
Pada zaman Pliosen,
yaitu sekitar 10 juta tahun yang lalu, hidup hewan yang lebih besar daripada
gorilla yang disebut dengan Giganthropus (kera manusia raksasa). Hewan ini
ditemukan di Bukit Siwalik di kaki Pegununggan Himalaya dan Selat Himla
(sebelah utara India). Giganthropus hidup berkelompok, sehingga mereka dapat
berkembang biak dan menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara. Giganthropus
akhirnya punah karena sebab yang tidak jelas.
Selain Giganthropus,
dari masa yang sama hidup makhluk lain yang disebut dengan Australopithecus
(manusia kera dari selatan). Ada sekitar 65 fosil Australopithecus telah
ditemukan di Afrika Selatan dan Afrika Timur. Sedangkan di Kalimantan Barat
dari kala Eosen Akhir ditemukan fosil vertebrata yaitu Anthrcotherium dan
Choeromus (sejenis babi hutan purba) yang juga ditemukan di Asia Daratan.
Penemuan fosil ini membuktikan bahwa kala Eosen terakhir, Kalimantan Barat
bergabung dengan Daratan Asia.
Ciri-ciri zaman tersier:
·
Berlangsung
sekitar 60 juta tahun
·
Telah muncul
berbagai jenis manusia purba
·
Terdapat banyak
migrasi hewan ke seluruh bagian dunia untuk menyesuaikan iklim
2.
Zaman Kuarter
Zaman kuarter adalah zaman yang ditandai dengan adanya kehidupan manusia
seperti sekarang. Zaman Kuarter berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.
Ciri-ciri zaman kuarter:
·
Sudah terdapat
manusia modern (Homo sapiens)
·
Berlangsung
sekitar 600.000 tahun yang lalu
·
Keadaan alam
masih liar dan labil
·
Bumi masih
diselimuti es dan mencair pada akhir kala pleitosen
·
Daratan di bumi
mulai terpecah karena es mencair
·
Manusia purba
sudah punah
·
Zaman kuarter
sendiri juga terbagi menjadi zaman Holocen (Holosin) dan zaman pleistocen.
5.
Kala Pleitosen
(Dilivium)
Kala Pleitosen berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Kala Pleitosen
menjadi sangat penting karena pada masa ini mulai muncul manusia purba. Keadaan
alam pada masa ini masih liar dan labil karena silih bergantinya dua zaman,
yaitu Zaman Glasial dan Zaman Interglasial.
Zaman Glasial adalah
zaman meluasnya lapisan es di Kutub Utara sehingga Eropa dan Amerika bagian
utara tertutup es. Sedangkan daerah yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat
selama bertahun-tahun. Permukaan air laut turun disertai dengan naiknya
permukaan bumi diberbagai tempat. Karena adanya pergeseran bumi dan kerja
gunung-gunung berapi, banyak hutan, termasuk Indonesia menjadi kering,
akibatnya muncul Paparan Sunda (Sunda Plat) dan Paparan Sahul (Sahul Plat).
Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Malaysia barat bergabung dengan Filipina dan
Formossa, Taiwan dan kemudian ke benua Asia. Bergitu pula Sulawesi melalui
Minahasa, Pulau Sangir terus ke Filipina. Antara Jawa Timur dengan Sulawesi
Selatan berhubungan melalui Nusa Tenggara.
Zaman Interglasial
adalah zaman diantara dua zaman es. Temperatur naik hingga lapisan es di kutub
utara mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan terjadi berbagai banjir
besar di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan banyak daratan terpisah oleh laut
dan selat.
Pada kala Pleistosen
ini hanya hewan berbulu tebal saja yang mampu bertahan hidup. Salah satunya
adalah Mammouth (gajah berbulu tebal).
Sedangkan hewan
berbulu tipis pindah ke daerah tropis. Perpindahan binatang dari Asia Daratan
ke Jawa, Sulawesi dan Filipina ada yang melalui Malaysia (Jalan Barat), ada
pula yang melalui Formosa, Filipina, ke Kalimantan , Jawa dan Sulawesi (jalan
timur). Garis Wallace adalah garis antara selat makassar dan lombok yang
merupakan batas antara dua jalan penyeberangan binatang tersebut.
Selain itu juga,
terjadi perpindahan manusia purba dari Asia ke Indonesia. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya fosil Sinanthropus pekinensis dalam jumlah besar di Peking
(China) yang sejenis dengan Pitecanthropus erectus dari Trinil, Ngawi, (Jawa
Timur). Bukit lainnya adalah ditemukannya alat-alat pacitan di China, Burma
(Myanmar) dan Malaysia. Sedangkan Homo wajakensis yang merupakan nenek moyang
bangsa Austrolid pada masa Pleitosen Tengah dan Pleitosen Atas menyebar dari
Asia ke selatan. Sebagian besar dari mereka sampai ke Benua Australia dan
menurunkan penduduk asli Australia yaitu suku Aborigin.
6.
Kala Holosen
Pada awal kala
Holosen, sebagian besar es di kutub utara sudah lenyap, sehingga permukaan air
laut naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah Paparan Sunda dan Paparan Sahul
tergenang air dan menjadi laut transgresi. Dengan demikian muncullah
pulau-pulau di nusantara. Manusia purba lenyap, kemudian muncul manusia cerdas
(Homo sapiens) seperti manusia sekarang.
C. PEMBAGIAN ZAMAN DALAM PRASEJARAH
Pembagian
zaman dalam sejarah bumi didasarkan atas idiologi, nyata pula bahwa prasejarah
hanyalah meliputi zaman terakhir saja dari pembagian itu, mulai dengan zaman
quartair. Zaman ini dibagi dakam diluvium dan alluvium. Dari zaman alluvium
yang berlangsung kira-kira 20.000 tahun itu hanya 6000 tahun yang lalu yang
terakhir saja yang ditempati sejarah.
Maka atas benda-benda peninggalan dibagi
atas :
1.
Zaman batu, waktu logam belum dikenal
dan alat-alat terutama sekali alat-alat yang terbuat dari batu.
Zaman batu dibagi lagi atas 3 bagian :
·
Paleolitikum atau zaman batu tua.
Sebagian cirri zaman ini adalah alat yang dihaluskan. Manusianya belum hidup
menetap,masih mengembara. Zaman ini berlangsung lama sekali,yaitu selama zaman
geologi pleistocen atau diluvium.
·
Mesolitikum atau zaman batu tengah.
Alat-alat zaman ini masih menyerupai alat-alat paleolitikum. Orang sudah mulai
bertempat tinggal.
·
Neolitikum atau zaman batu muda.
Alat-alat batu sudah diasah dan diupam sehingga halus dan banyak pula yang
indah sekali. Kecuali tembikar sudah pun dikenal tenunan. Orang sudah bertempat
tinggal tetap dan bercocok tanam.
2.
Zaman logam, waktu orang sudah dapat
membuat alat-alat dari logam yang ternyata lebih kuat dan lebih mudah
dikerjakan daripada batu. Maka dalam zaman logam itu manusia terang sudah jauh
lebih tinggi kebudayaan daripada dalam zaman batu.
Zaman logam ini dibagi atas :
·
Zaman tembaga, orang menggunakan tembaga
sebagai bahan pembuatan alat-alatnya. Anehnya tembaga itu hanya dikenal
dibeberapa bagian dunia. Di Asia Tenggara tidk ditemukan zaman tembaga
melainkan terus saja dari neolitikum meningkat ke
·
Zaman perunggu, orang telah mendapatkan
logam campuran yang lebih keras dari tembaga untuk pembuatan alat-alatnya yaitu
perunggu,hasil pencampuran tembaga dan timah.
·
Zaman besi, orang telah dapat melebur
besi dari bijihnya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Peleburan
besi meminta panas yang jauh lebih tinggi dari peleburan tembaga ataupun
perunggu.
Dengan demikian,
maka alat-alat zaman besi itu tentu lebih sempurna daripada ala-alat zaman
sebelumnya,untuk dapat memperoleh panas yang sangat tinggi itu.
Zaman besi ini
adalah zaman terakhir dari prasejarah. Maka mudahlah kita menghitungkan,bahwa
dengan berakhirnya zaman itu mulailah zaman sejarah. Tetapi tidak boleh kita
lupakan bahwa sampai zaman modern kini pun masih belum ditinggalkan zaman besi
itu sebagai bahan pembuatan berbagai macam alat.
Zaman batu
mengumpamakan menggambarkan kepada kita bahwa batu itu menjadi bahan terutama
untuk pembuatan alat,bahwa sebagaian besar dari kebudayaan kebendaan dewasa ini
terdiri dari barang dari batu. Sedangkan beberapa bagiankah atom itu dari
kebudayaan manusia modern sekarang ini?
Alluvium
(holocen)
|
Zaman
sejarah
|
||
Zaman
besi
|
Zaman
logam
|
Zaman
prasejarah
|
|
Zaman
perungggu
|
|||
Zaman
tembaga
|
|||
Neolitikum
|
Zaman
batu
|
||
Mesolitikum
|
|||
Diluvium
(pleistocen)
|
Paleolitikum
|
D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN PALEOLITIKUM
Zaman
batu tua atau paleolitikum berasal dari kata paleolithic atau palaeolithic, bahasa Yunaninya palaios yang artinya purba dan lithos artinya batu. Paleolitikum adalah
zaman prasejarahyang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu.
Periode zaman ini adalah tahun 50.000 SM-10.000 SM.
Kebudayaan
paleolitikum adalah hasil kegiatan atau
peninggalan dari manusia purba pada zaman batu tua atau paleolitikum. Adanya
kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong. Ditemukan alat-alat batu seperti
kapak genggam pada kebudayaan pacitan sedangkan pada kebudayaan ngandong lebih
ke alat-alat yang terbuat dari tulang.
E. JENIS-JENIS MANUSIA PERTAMA
Temuan
pithecanthropus erectus pada tahun1890 oleh E. Dubois di dekat Trinil, sebuah
desa dipinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). Mula-mula
didapatkan dari tulang rahang, hal ini menyebabkan dilakukannya penyelidikan
lebih mendalam di lapisan bumi daerah itu. Dalam tahun berikutnyadidapatkan
kira-kira 40 km dari tempat penemuan pertama tadi sebuah geraham dari bagian
atas tengkorak. Beberapa meter dari situditemukan dalam tahun 1892 sebuah
geraham lagi dan lima belas meter lagi sebuah tulang paha kiri.
Oleh
karna dari tengkorak itu tak tak ditemukan dasarnya, tak dapatlah
ditentukandengan pasti isi (volume) otaknya. Umumnya dikira-kirakan 900 cc.
Makhluk dari Trinil itu ditempatkan di antara manusia dan kera. Pun bentuk
tulang belakang kepalanya, yang menentukan duduknya kepala diatas leher, menunjuk
kearah situ, ada yang menyerupai kera. Adapun tulang keningnyasangat menonjol
kemuka, dan diatas bagian hidungbergandeng menjadi satu. Di atas tulang kening
itu tulang dahinya terus saja licin kebelakang, sihngga dahinya dapat dikatakan
tidak ada.
Tulang
pahanya lebih mempunyai sifat kemanusiaan, sehingga nyata bahwa yang empunya
berjalan tegak. Dari ukuran tulang itu dapat diketahui bahwa tinggi makhluk itu
kira-kira 1,65 m. Gerahamnyalebih besar dari manusia biasa dan menunjukkan
sifat-sifat kera.
Dari
tahun 1936 sampai 1941 diselidiki Van Koegswald itu daerah sepanjang lebah kali
Solo. Dalam tahun 1936 didapatkannya sebuah fosil tengkorak kanak-kanak didekat
Mojokerto. Terutama dari tempat-tempat giginya dapat dikira-kirakan, bahwa
empunya belum empunya belum melewati umur 5 tahun.meskipun besar sekali dugaa
Von, bahwa tengkorak tadi berasal dari anak pithecanthropus, ia masih sangat
hati-hati dalam mengemukakan pendapatnya. Maka sementara itu makhluk itu diberi
nama Homo Mojokertensis.
Dalam
tahun-tahun selanjutnya ditemukan oleh Von Koenigswald banyak bekas-bekas
manusia prasejarah, diantaranya bekas-bekas pithecanthropus lainnya, sehngga
sekarang kita punya empat orang dari jenis itu. Di samping itu banyak pula
didapatkan fosil-fosil binantang menyusui dan terutama berdasarkan atas fauna
(dunia hewan) inilah maka ia dapat membagi diluvium lembah kali solo (dan
diluvium Indonesia pada umunya) dalam tiga lapisan: paling bawah ialah lapisan
Jetis (pleistosen bawah), diatasnya lapisan Trinil (pleistosen tengah) dan
paling atas ialah lapisan Ngandong (pleistocen atas).
Dalam
pembagian lapisan itu ternyata, pithecanthropus erectus Dubois tempatnya
dilapisan Trinil, jadi dalam lapisan pleistocen tengah. Adapun pithecanthropus
lain-lainnya ada dipleistocen bawah.yang di pleistocen bawah ini oleh karna
lebih besar dan lebih kuat tubuhnya dari pithecanthropus erectus maka dinamakan
pithecanthropus Robustus. Dalam
pleistocen bawah juga termasuk Homo Mojokertensis tadi, maka kemudian makhluk
itu dinamakan Pithecanthropus
Mojokertensis.
Dalam
tahun 1941 akhirnya ditemukan oleh Von Koenigswald didekat desa Sangiran
(lembah sungai Solo juga) sebagian dari tulang rahang bawah, yang jauh lebih
besar dan kuat dari rahang pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan
corak-corak kemanusiaan, tetapi sebaliknya banyak pula sifat-sifat keranya.
Dagunya tak ada. Oleh karna itu von makhluk itu dianggap lebih tua lagi dari
pithecanthropus, dan mengingat akan besar tubuhnya, maka makhluk itu dinamakan Meganthropus Paleojavanicus (megas=
besar).
Sementara
itu dalam tahun 1931-1934 di dekat desa Ngandong, di Lembah Bengawan Solo juga,
ditemukan sebelas buah fosil tengkorak. Sebagian dari jumlah itu telah hancur,
tetapi ada bebrapa yang cukup memberi bahan guna penyelidikan yang seksama.
Hnya pada semua tengkorak itu tidak ada lagi tulang rahang dan giginya.
Penyelidikan yang dilakukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich menunjukan,
bahwa makhluk-makhluk itu lebih tinggi tingkatanya dari pada pithecanthropus
Erectus, malahan sudah dapat dikatakan manusia.maka nama yang diberikaan adalah
Homo Soloensis ( manusia dari Solo).
Penyelidikan
yang diperbaharui yang lebih teliti lagi dilakukan pula terhadap sebuah
tengkorak yang sudah dalam tahun 1889 ditemukan didekat Wajak, sebuah desa tak
jauh dari Tulungagung (kediri). Tengkorak homo wajakensis ini sangat berlainan
dengan tengkorak bangsa Indonesia, tetapi banyak bersamaan dengan tengkorak
penduduk asli benus Australia sekarang. Maka menurut Dubois Homo Wajakensis itu
termasuk dalam golongan bangsa Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan
nantinya menurunkan langsung bangsa-bangsa asli Australia.
Menurut
Von Koenigswald maka Homo Wajakensis itu, seperti juga Homo Soloensis, asalnya
dari lapisan bumi pleistocen atas, dan munkin sekali sudah dapat dimasukkan
dalam jenis Homo Sapiens. Ketinggian tingkatnya lebih jelas lagi dari
kenyataan, bahwa berbeda dari jenis-jenis manusia tertua, maka Homo Wajakensis
itu telah ditanam (dikubur), sebagaimana dapat nyata dari bekas-bekasnya waktu
ditemukan.
F. Kebudayaan-Kebudayaan Zaman
Palaeolithikum
1.Kebudayaan Pacitan
Dalam tahun 1935 di
dekat Pacitan oleh von Koenigswald ditemukan sejumlah alat-alat batu.Alat-alat
semacam yang ditemukan itu biasa dinamakan kapak genggam,yaitu alat serupa
kapak tetapi tidak digenggam.Dipergunakannya ialah dengan digenggam dalam
tangan.Alat-alat Pacitan ini dalam ilmu prasejarah biasa disebut chopper (alat penetak).
Penyelidikan yang teliti sekali menunjukkan bahwa alat-alat tersebut berasal dari lapisan Trinil,jadi pleistosen tengah.Seperti kita ketahui,dari lapisan ini berasal pula Pithecantropos Erectus.Timbullah soal apakah enis manusia Pithecantropus inilah yang berkebudayaan alat-alat Pacitan itu.Hal ini mula-mula disangsikan.Tapi kesimpulannya adalah bahwa tidak mustahil Pithecantrpus itu memang berkebudayaan alat-alat yang didapatkan di dekat Pacitan itu.Dengan kata lain:Kebudayaan Pacitan itu ialah kebudayaan Pithecantropus.Kecuali di Pacitan,alat-alat Paleolithikum itu ditemukan pula di Parigi dan Gombong (Jawa Tengah),Sukabumi (Jawa Barat) dan Lahat (Sumatra Selatan).
Penyelidikan yang teliti sekali menunjukkan bahwa alat-alat tersebut berasal dari lapisan Trinil,jadi pleistosen tengah.Seperti kita ketahui,dari lapisan ini berasal pula Pithecantropos Erectus.Timbullah soal apakah enis manusia Pithecantropus inilah yang berkebudayaan alat-alat Pacitan itu.Hal ini mula-mula disangsikan.Tapi kesimpulannya adalah bahwa tidak mustahil Pithecantrpus itu memang berkebudayaan alat-alat yang didapatkan di dekat Pacitan itu.Dengan kata lain:Kebudayaan Pacitan itu ialah kebudayaan Pithecantropus.Kecuali di Pacitan,alat-alat Paleolithikum itu ditemukan pula di Parigi dan Gombong (Jawa Tengah),Sukabumi (Jawa Barat) dan Lahat (Sumatra Selatan).
2.Kebudayaan
Ngandong
Di sekitar daerah
Ngandong dan Sidorejo(dekat Ngawi,Madiun) didapatkan banyak alat-alat dari
tulang di samping kapak-kapak genggam dari batu.Ada diantaranya yang dibuat
dari tulang binatang menjadi semacam alat penusuk (belati) dan ada yang dari
tanduk rusa.Rupanya alat itu digunakan untuk mengorek ubi dan keladi dai dalam tanah.Ada
juga alat-alat seperti ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya yang mungkin
dipergunakan untuk menangkap ikan.
Termasuk kebuadayaan
Ngandong pula ialah yang ditemukan di dekt Sangiran.Alat-alatnya kecil yang
biasa dinamakan flakes dan sebagian
dibuat dari batu indah seperti chalcedon.Pun
di Cabenge (Sulawesi Selatan) ditemukan banyak flakes.
Alat-alat di atas jelas
tak dapat dipergunakan untuk bercocok tanam.Maka kesimpulannya adalah bahwa
penghidupan manusia Paleolithikum ialah mengembara dari satu tempat ke tempat
lain.Mereka tidak bertempat tinggal tetap,melainkan berpindah-pindah tergantung
kepada binatang-binatang buruannya dan hasil-hasil tanah di sekitarnya.Cara
penghidupan mengumpulkan bahan-bahan makanan sebagaimana terdapatnya dari alam
diamakan food gathering.
Adapun tentang
kebudayaan keohaniannya kita tidak dapat mengetahui dengan
sebenarnya,bukti-bukti boleh dikatakan tidak ada atau jika ada,sama sekali
tidak mencukupi dan mmungkinkan kita mengambil kesimpulan dan memberi gambara
yang nyata.Adapun tentang kesenian,dapat dikemukakan bahwa terutama di Eropa
Selaan banyak sekali ditemukan tanda-tandanya.Arca-arca yang
bersahaja,ukiran-ukiran di tulang dan lainnya dan lukisan-lukisan berwarna
sangat indah pada dinding-dinding gua menunjukkan betapa tingginya kesenian di
zaman akhir pleistosen itu.
Di Indonesia,tanda-tanda yang nyata dari
kesenian zaman pleistosen belum bisa didapat.Pada permulaan tahun 1950
ditemukanlah pada dinding gua Leang-Leang di Sulawesi Selatan oleh Ny.Heeren-Palm
gambar-gambar tapak tangan warna merah.Tentang umurnya gambar-gambar itu
mula-mula disangka berasal dari akhir Palaeolithikum seperti juga di
Eropa.Tetapi penyelidikan yang teliti sekali memberikan petunjuk bahwa asalnya
dari zaman berikutnya,ialah Mesolithikum,di waktu di negeri kita banyak gua-gua
dipergunakan sebagai tempat tinggal manusia.
G. KEPERCAYAAN MANUSIA PURBA PADA ZAMAN PALEOLITIKUM
Pada zaman
Paleolithikum atau zaman batu tua,kepercayaan yang dianut adalah animisme dan
dinamisme.Animisme adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda
(pohon,batu,sungai,gunung,dan sebagainya).Dinamisme adalah kepercayaan bahwa
segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi atau
kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidupnya.
Manusia pada zaman Paleolithikum
meyakini adanya hubungan antara yang telah meninggal dengan yang masih
hidup.Jadi manusia yang hidup di zaman ini percaya arwah nenek moyang mereka
selalu menjaga dan sebagai tempat meminta.Selain itu manusia Paleolithikum juga
mempercayai kekuatan-kekuatan alam dan penguburan mayat sebagai hal yang
mengandung nilai magis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Zaman batu adalah suatu periode
ketika peralatan manusia secara dominan terbuat dari batu walaupun ada pula alat-alat
penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun bambu. Namun alat-alat
yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut tidak meninggalkan bekas sama
sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut tidak tahan lama. Dalam
zaman ini alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar (sederhana) karena hanya
sekadar memenuhi kebutuhan hidup saja. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung
kira-kira 600.000 tahun yang lalu, yaitu selama masa pleistosen (diluvium).
Pada zaman paleolithikum ini, alat-alat yang mereka hasilkan masih sangat
kasar.
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat.
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat.
B.
SARAN
Sebagai masyarakat Indonesia yang bijaksana kita hendaknya mengetahui
sejarah kebudayaan manusia-manusia purba pada zaman prasejarah karena kalau
kita lihat sekarang,masih banyak bentuk-bentuk kebudayaan seperti logam dan
perunggu yang masih digunakan pada zaman ini.
DAFTAR PUSTAKA
Soekmono,R. 1985. Pengantar
Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta :Sastra Budaya.
Koentjaraningrat. 1989. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta :Aksara Baru.
Komentar