Makalah Penggolongan Sastra Nusantara Cerita Binatang dan Pelipur Lara



PENGGOLONGAN SASTRA NUSANTARA

CERITA BINATANG DAN PELIPUR LARA

MAKALAH




ANGGOTA



1.      WENDY NOFRIALDI (14017026)
2.      NOVI YOLANDA (14017064)
3.      PIPIN ZAHARA (14017066)






PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Pada bab ini  akan dibahas tentang  sastra nusantara dan penggolongannya, sehingga mahasiswa bisa mengetahui bentuk-bentuk sastra nusantara berdasarkan pengaruh. Pada bab ini akan dibahas tentang cerita binatang dan pelipur lara yang berkembang di Indonesia. Hal ini akan membuat mahasiswa mengetahui tentang cerita binatang dan pelipur lara yang ada di Indonesia, dan kemudian mahasiswa bisa menjadikan bahan untuk penelitian lapangan. Bab ini perlu dipahami mengingat bahwa mahasiswa memerlukan pemahaman awal tentang hakikat sastra nusantara dan penggolongannya, serta bentuk-bentuk cerita binatang dan pelipur lara yang berkembang di Indonesia.
Tujuan yang hendak dicapai dalam bab delapan ini akan dikemukakan berikut ini. Pertama, siswa mampu menjelaskan hakikat sastra nusantara dan penggolongannya. Kedua, mahasiswa mampu menjelaskan bentuk-bentuk sastra nusantara berdasarkan pengaruh. serta ketiga, mahasiswa mampu menjelaskan tentang cerita binatang dan pelipur lara yang ada di Indonesia.

B.     Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, di dalam makalah ini kami membahas mengenai sastra Nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara. Sebagaimana telah kita ketahui Sastra nusantara merupakan hasil kebudaya yang sejak dahulu tumbuh dan berkembang di setiap daerah di indonesia. Sastra Nusantara dapat pula memberikan gambaran tentang sistem budaya masyrakatnya. Sedangkan cerita binantang kerap dikenal dengan sebutan cerita-cerita margasatwa. Cerita Binatang merupakan cerita yang dimiliki di seluruh dunia. Biasanya, binatang-binatang yang di ceritakan ini, berperan sebagaimana manusia yang bisa bercakap-cakap, berpikir, dan bertindak dan mengambil binatang sebagai watak dalam cerita. Dan Cerita pelipur lara adalah cerita yang bermaksud menghibur orang yang sedang sedih, terutama kaum remaja yang sedang terkena asmara. Cerita pelipur lara berkaitan dengan hubungan muda-mudi, yaitu pemuda yang mencari pasangannya dengan mengalami berbagai rintangan, tetapi selalu berakhir dengan kebahagiaan. Cerita ini penuh denagn lukisan yang romantik, baik lukisan yang mengenai para tokoh maupun lukisan tentang tempat (Suasana). Tukang cerita pelipur lara disebut pawang. Cerita pelipur lara memiliki cerita tertentu. Motif dan jenisnya pun bermacam-macam.


C.    Rumusan Masalah
1.       Bagaimana pengertian cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara?
2.      Bagaimana penggolongan cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara?
3.      Apa contoh cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara?

D.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara.
2.      Untuk mengetahui penggolongan cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara.
3.      Untuk mengetahui contoh dari cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara.

E.     Manfaaat Penulisan

1.      Untuk lebih mengenal dan memahami pengertian dari  cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara serta menambah wawaasan tentang pembelajaran.
2.      Sebagai pandangan untuk mengetahui penggolongan cerita nusantara, cerita binatang dan cerita pelipur lara  yang terdapat dalam foklor.
3.      Sebagai pengapresiasikan wawasan dan pengetahuan tentang kesusastraan.

BAB II
ISI

A.     Cerita Nusantara

Sastra melayu klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu (periode) karena hasil karya sastra melayu klasik itu tidak mencantumkan waktu penciptaan dan siapa penciptanya. Penggolongan yang biasa, berdasarkan bentuk, berdasarkan isi cerita, dan berdasarkan pengaruh asing (Djamaris, 1993 : 11-19).

1.    Penggolongan berdasarkan bentuk.
Dalam penggolongan ini karya sastra melayu klasik digolongkan dalam dua golongan, yaitu: prosa : yang termasuk prosa lama banyak jumlahnya, prosa melayu klasik ini umumnya banyak disebut hikayat, karena pada umumnya judul prosa melayu klasik ini dimulai dengan “hikayat ini..” dan puisi : yang termasuk puisi lama yaitu mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam, talibun dan lain-lain.

2.   Penggolongan berdasarkan isi.
a.   Hasil sastra berisi undang-undang, yang dimaksud dengan undang-undang disini bukanlah undang-undang yang dalam bahasa Inggris disebut “law”, melainkan adat kebiasaan atau adat istiadat, yang dipakai sejak dahulu secara turun-temurun yang disebut customary law. Adat istiadat itu disajikan dalam bentuk cerita, serta diselangi dengan pantun petatah-petitih, peribahasa dan sebagainya. Dengan membaca hasil karya sastra yang berisi undang-undang ini kita dapat mengetahui latar belakang cara berfiikir dan falsafah hidup masyarakat pada masa dahulu serta adat-istiadatnya, adat raja-raja, adat yang dilakukan dalam upacara tertentu. Misalnya undang-undang malaka, undang-undang minangkabau dan lainnya.
b.  Hasil sastra berisi sejarah, diantaranya yaitu hikayat aceh, hikayat raja-raja pasai, sejarah melayu, hikayat banjar, tambo minangkabau, hikayat patani, hikayat merong mahawangsa.
c.  Hasil sastra berisi petunjuk bagi raja. Hasil sastra yang berisi petunjuk bagi raja atau pengusaha dalam menjalani pemerintahan, yaitu tajussalatin dan bustanussalatin. Tajussalatin berarti mahkota segala raja-raja yang ditulis oleh Bukhari Al-Johari di Aceh pada tahun 1603. Tajussalatin merupakan hasil karya sastra lama yang memberikan pelajaran tentang kewajiban-kewajiban moral yang harus dilakukan oleh raja-raja, mentri, hulu balang, bendahara, penulis, pembawa berita, para duta, dan para pejabat kerajaan lainnya terhadap rakyat dan kepada Allah; demikian juga sebaliknya, bagai mana seharusnya kewajiban dilaksanakan oleh rakyat kepada tuhan dan negaranya. Demikian pula Bustanussalatin yang berarti taman segala raja-raja yang ditulis oleh Nuruddin Ar-Raniri.

3.    Penggolongan berdasarkan pengaruh asing.
Terdapat beberapa penggolongan, diantaranya:
a.   Sastra melayu asli
Sastra melayu asli atau secara tradisional ialah suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun temurun, dan satu generasi kepada generasi berikutnya, istilah lain yang  biasa biasa digunakan untuk menyebut golongan karya sastra ini ialah cerita rakyat. Disebut cerita rakyat atau folklor karena cerita ini hidup dikalangan rakyat. Cerita rakyat itu biasanya disampaikan secara lisan oleh orang yang hafal ceritanya.
Secara tradisional certa rakyat ini juga merupakan objek penelitian folklor, tujuan peneliti meneliti cerita rakyat adalah untuk mengetahui kebudayaan suatu bangsa sebelum adanya pengaruh asing, seperti kepercayaan, pandangan hidup, adat istiadat, dan cara berfikir masyarakat tersebut. Seperti mantra, peribahasa, pantun, teka-teki, cerita binatang, cerita asal-usul, cerita jenaka dan cerita pelipur lara.


b.   Sastra pengaruh hindu.
Pengaruh Hindu merupakan pengaruh asing petama dan lama di Nusantara ini. Bukti tertulis berupa piagam dapat ditemukan sekitar abad kelima, diantaranya piagam raja Mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur; dan piagam raja Purnawarman. Di Jawa Barat, sebagai bukti sudah berakarnya pengaruh Hindu di Nusantara. Hasil sastra Hindu yang terkenal, seperti Ramayana, Mahabrata, dan Pancatantra, yang dalam sastra melayu dikenal dengan judul Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima.

B.      Cerita Binatang                                  
Cerita binatang termasuk salah satu cerita yang digemari oleh rakyat. Yang dimaksud cerita binatang disini bukanlah cerita binatang dalam pengertian animal tale atau animal folktale, tetapi cerita binatang dalam artian fable.
Animal folktale dapat dibedakan dalam tiga tipe (Djamaris, 1993 : 39-47):
a.     Etiological tale.
Etiological tale adalah cerita tentang asal-usul terjadinya binatang, berdasarkan kepada bentuk atau rupanya sekarang ini. Misalnya apa sebabnya harimau mempunyai bulu belang atau loreng.
Contohnya:
Asal-Usul Harimau Berkulit Belang atau loreng 
Pada jaman dulu hiduplah seorang pertapa muda yang sangat sakti. Dia tinggal disebuah gua terpencil di tengah hutan. Karena kesaktiannya dia dapat bercakap-cakap dengan binatang penghuni hutan itu.
Pasa suatu hari ketika dia sedang duduk bersemedi di luar gua, datanglah seekor kelinci dengan tergesa-gesa. Nafasnya naik turun dan gemetaran. Rupa-rupanya kelinci itu  sedang dikejar oleh harimau yang lapar. Dan, harimau itu pastilah hendak menyantapnya.
“Tolonglah aku wahai pertapa,” kata kelinci memelas, “jika aku diterkamnya, siapa  nanti yang akan memberi  susu dan mencarikan makan anakku?”
Mendengar cerita kelinci, si pertapa jatuh iba dan berjanji untuk menolongnya. Lalu dia berkata,” Bersembunyilah ke dalam gua, biar aku sendiri yang akan menghadapi harimau”.
Tak berselang lama sang harimau tiba. Dia langsung menanyakan  perihal kelinci itu kepada si
pertapa. Tentu saja pertapa itu memberi kan jawaban yang sebenarnya.
“Kalau begitu bawalah kelinci itu keluar,” ancam harimau. “atau aku sendiri yang  akan mengambilnya”.
“Bersabarlah engkau harimau,” kata pertapa. Lalu dia mengajukan tawaran lain untuk melindungi kelinci  yang tengah bersembunyi.  “Kalau engkau mau, biarlah kutukar kelinci itu dengan tangan kiriku”.
Hm, tawaran yang menarik bagi si raja hutan tentunya.  Harimau pun langsung  setuji. Dia berpikir,  soal kelinci bisa diusahakannya lagi di lain hari. “Baiklah, walau aku tak mengetahui  rasanya  daging manusia,” balas si harimau, “mudah-mudahan tidak mengandung kolestrol tinggi.”
Mendengar  jawaban harimau, sang pertapa langsung memutus  tangan kirinya. “Ini, makanlah,” katanya seraya menyerahkan potongan tangan kirinya tersebut ke  mulut harimau. “Haumm !!!!”  harimau segera menyambar dan menggondolnya, lalu pergi  meninggalkan pertapa yang buntung sebelah tangannya.
Di tempat persembunyiannya  si kelinci  menyaksikan semuanya. Sungguh mati dia sangat terkejut. Bahkan dia sendiri  tak sanggup berkata apa-apa  melihat pengorbanan yang luar biasa dari sang pertapa muda.
Akan tetapi, rupa-rupanya itu belum seberapa. Keterkejutan kelinci  menjadi  lebih berlipat lagi manakala menyaksikan tangan kiri si pertapa  tumbuh lagi dan kembali utuh, tanpa kurang suatu apa.  “Sekarang pulanglah,” kata si pertapa sakti  seolah tak terjadi apa-apa, “lain kali engkau harus lebih berhati-hati.”
Setelah berterima kasih kelinci itu pun pamit. Sebenarnya dalam hati dia masih ingin bertanya-tanya, tapi  segera diputuskannya untuk pulang secepatnya.
Di sarang si raja hutan, saat dia tengah menyantap tangan kiri pertapa, muncul  pikiran-pikiran jahatnya. Alangkah mudahnya mencari makan?  Kenapa tidak aku ulangi saja caranya? Ya..dengan sedikit k ebohongan , aku tak perlu capek-capek mengejar mangsa? Sambil tersenyum-senyum  harimau yang licik ini membayangkan rencananya. Besok dia akan  mendatangi si pertapa. Lalu dengan sebuah cerita palsu dia akan memperdayainya. Mudah-mudahan dengan cara seperti itu dia akan mendapatkan tangan yang sebelah kanan.
Benar saja, esoknya harimau  mendatangi sang pertapa. Setelah  berhadap-hadapan harimau  menceritakan kisah palsunya tentang kelinci lain yang hendak dimangsanya. Harimau itu berkata, “kalau aku mau, kelinci itu pasti  sudah berada di dalam perutku.”
Si pertapa bukan tidak mengetahui  kecurangan harimau. Dia mengiyakan saja kebohongan harimau, bahkan ketika si harimau menuntut pertukaran nyawa kelinci tadi dengan tangan kanannya.
Diberikanlah tangan kanannya itu. Harimau segera menyambarnya karena berpikir pertapa itu sudah buntung sebelumnya.  Senanglah si  harimau karena akal bulusnya berjalan sesuai dengan  rencana. Dia kembali ke sarangnya dan kembali melahap tangan pertapa.
Tetapi apakah semuanya cukup memuaskan harimau si raja rimba? Ternyata tidak. Menurutnya jika pertapa itu sudah kehilangan kedua tangannya, mudah saja bagi dia untuk memangsanya. Harimau bergegas ke luar dari sarangnya dan kembali menuju gua pertapaan.
Sampai  di mulut gua, harimau membulatkan niat jahatnya. Dia menerobos  ke dalam. Nafsunya  untuk menerkam si pertapa  sebesar rasa laparnya untuk kembali merasakan lezatnya daging manusia.
Namun kali ini harimau terkecoh. Dia tidak menemui pertapa buntung seperti yang disangkanya, melainkan seorang pertapa bertangan utuh  dengan sebilah tongkat kayu yang dibawanya. Sudah kepalang basah, harimau  bukannya bersurut langkah justru  menerkam dan mengaum dengan  ganasnya.
Maka terjadilah pertarungan yang seru  antara harimau dan pertapa. Gigitan dan cakaran harimau berbalas pukulan dan sabetan tongkat pertapa. Anehnya, tidak ada satu lukapun dialami pertapa sakti itu. Kondisi sebaliknya , justru tubuh  harimau itu kerap menjadi sasaran. Singkat cerita akhirnya harimau  terluka parah dan menyerah. Dia merasa sangat kesakitan dan tergolek tak berdaya. Di sekujur tubuhnya penuh bekas  pukulan dan sabetan tongkat  pertapa yang membentuk garis  belang-belang. Si pertapa  bukan bermaksud  untuk membunuh harimau melainkan ingin memberinya pelajaran. Setelah harimau berjanji untuk tidak mengulangi  kesalahannya lagi, si pertapa menyembuhkan luka-luka yang dialaminya. Harimau segera sembuh. sakitnya hilang,  tetapi tidak dengan bekas luka-lukanya.Warna belang-belang hitam di tubuh  harimau itu seolah mengajarkan agar harimau selalu berbuat kebaikan.  Sampai sekarang  bekas  garis belang-belang  hitam di tubuh harimau pun masih bisa kita saksikan.
b.        Fable.
Fable adalah cerita bintang yang mengandung pesan moral. Binatang diceritakan mempunyai akal, tingkah laku, dan juga bicara seperti manusia. Misalnya cerita kancil.
Contohnya:
Cerita kancil menolong kerbau
Setelah sampai, si kancilpun minum dengan lahapnya. Dia meminum sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa dahaganya. Setelah di rasa puas, si kancilpun kemudian berteduh di bawah sebuah pohon yang cukup rindang. Suasana yang sejuk dan angin sepoi-sepoi yang berhembus, membuat mata si kancil menjadi terasa berat dan mengantuk.Pada suatu hari yang panas, si kancil menyusuri hutan untuk jalan-jalan. Karena merasa haus, si kancil berjalan menuju sungai untu minum. 

Tapi ketika si kancil tengah asik menuju alam mimpi, lamat-lamat dia mendengar suara merintih dan minta tolong. Si kancilpun segera bangun dan mencari dari arah mana suara itu berasal. Betapa kagetnya si kancil, ketika dia melihat dari balik semak-semak. Dia melihat pak kerbau yang tengah mengerang kesakitan karena kakinya di gigit oleh seekor buaya. Si kancilpun mendekat untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
“Hai pak kerbau.. apa kabarmu hari ini? Kau dan pak buaya sedang main apa? Bolehkah aku ikut?”. Kata si kancil berlagak bodoh.
“Aduh kancil.. kabar ku hari ini sangat sial..”. kata pak kerbau.
“Tapi kabar ku hari ini sangat baik dan sangat beruntung..hahaha”. kata buaya menyahut.
“Lho.. kok bisa begitu? Memangnya kalian ini kenapa? Ada apa sebenarnya?”. Tanya si kancil.

“Begini cil..”. kata pak kerbau. “Tadi.. waktu aku sedang minum, aku mendengar ada suara meminta tolong. Setelah aku cari, ternyata aku melihat buaya ini sedang mengerang kesakitan karena tertimpa oleh pohon. Dia memelas dan meminta tolong pada ku, agar aku mau menolongnya”. Kata pak kerbau.
“Lha terus masalahnya bagaimana kok bisa jadi begini?”. Tanya si kancil lagi.
“Nah.. biar aku yang lanjutkan cil..”. kata buaya. “Tadi dia memang menolong ku. Melepaskan aku dari tindihan pohon besar yang menimpa tubuh ku sehingga aku tak bisa bergerak. Tapi tadi aku juga sudah bertanya padanya, apakah diamau menolong ku dengan tulus? Lalu dia jawab, iya. Nah, janji adalah hutang bukan?”. Tanya si buaya.

“Iya.. memang benar demikian, lalu..?” Tanya si kancil lagi.
“Aku terjebak di bawah pohon sudah tiga hari lamanya. Kehujanan, kepanasan, dan juga kelaparan. Waktu pak kerbau menolong ku, aku sangat lapar cil. Jadi ku tagih juga janjinya yang katanya mau menolongku dengan tulus, agar dia juga bersedia ku santap untuk menolong ku menghilangkan rasa lapar ku. Jadi, aku tak salah kan cil? Hahaha..”. kata si buaya.
“Apakah benar demikian pak kerbau cerita yang sebenarnya?”. Tanya si kancil memastikan.
“Memang benar cil. Tapi aku hanya bermaksut menolongnya dari tindihan pohon tadi agar dia bisa bebas. Tak ku sangka ternyata dia juga mau memakan aku untuk menolong menghilangkan rasa laparnya. Nasib ku memang benar-benar malang cil..”. kata pak kerbau pasrah dengan sedihnya.

“Tunggu-tunggu.. kalau memang benar begitu ceritanya, berarti pak buaya benar dan pak kerbau yang bersalah. Jadi pak kerbau memang harus bersedia di makan oleh pak buaya..”. mendengar perkataan si kancil ini, buaya menjadi sangat senang dan si kerbau menjadi sangat bersedih. Dia hanya bisa merintih dalam kepasrahanya.
“Tapi untuk lebih jelasnya, bagaimana kalau kita lakukan reka ulang adegan yang sebenarnya…?”. Kata si kancil lagi.
“Reka ulang adegan? Maksudnya apa cil?”. Tanya pak buaya.
“Maksudnya, kita akan melakukan sandiwara tentang kejadian sebelum hal ini terjadi. Agar semua dapat kita simpulkan dengan jelas siapa yang benar dan siapa yang salah”. Kata si kancil.

“Buat apa cil? Kan tadi sudah kau bilang bahwa aku yang benar.”. kata buaya sedikit protes.
“Memang pak buaya.. tapi masalahnya, pak kerbau merasa belum jelas dan dia merasa dirinya juga benar. Nah, agar dia juga sama-sama mengerti bahwa dia yang salah, maka kita harus melakukan reka adegan ini. Tentunya pak buaya yang sangat cerdas tak mau jika di bilang memakan kerbau yang tak bersalah bukan?”. Tanya si kancil.
Mendengar dirinya di puji, si buaya menjadi besar kepala.. “Wah.. tentu saja tidak cil. Kau memang benar. Buaya cerdas seperti ku tak mungkin mau jika di sebut penipu. Hahaha.. baiklah, mari kita lakukan reka ulang adeganya, aku yakin bahwa walau di ulang berapa kalipun.. tetap aku yang benar”. Kata buaya dengan yakinya.

Ahirnya, buaya melepas gigitanya dari kaki pak kerbau. Dan merekapun melakukan reka adegan. Si buaya kembali ke tempat asal dia tertimpa batang pohon. Dan pak kerbau kembali mendorong pohon menimpa pak buaya dengan ke dua tanduknya. Setelah di rasa si buaya tak sanggup lagi bergerak dan benar-benar terjebak, si kancil mengajak pak kerbau segera lari meninggalkan tempat itu.
“Rasakan itu buaya jahat..!! ahirnya kamu berhasil juga aku tipu. Kamu memang tak tahu terimakasih. Sudah di tolong malah tak mau membalas budi. Sekarang rasakan sendiri akibat dari perbuatan jahat mu. Kau akan terjebak di situ tanpa ada stupun hewan yang mau menolong mu. Hahaha..”. kata si kancil sambil berlari meninggalkan tempat itu. Sementara si buaya yang merasa di tipu oleh si kancil, sangat sakit hati dan menyimpan dendam. “Suatu hari nanti, aku pasti akan membalas mu kancil..!!”. teriak buaya. Dan mulai saat itulah di mulai perseteruan antara buaya dan kancil. Pada cerita dan kisah yang lain..

c.    Beast epic.
Beast epic merupakan siklus cerita binatang dengan seekor pelaku utamanya. Misalnya di Indonesia terkenal kisah kancil, di Eropa cerita tentang rubah, di Kamboja terkenal cerita tentang kelinci, dan di Jawa Barat terkenal cerita tentang kera.
Di Indonesia cerita kancil dapat digolongkan dalam tipe fable dan beast epic, karena dalam cerita itu terkandung moral, sedangkan pelaku utamanya tetap sang kancil itu.
Cerita binatang itu dapat dikatakan suatau cerita yang bersifat universal. Dalam cerita itu binatang dilengkapi dengan perasaan dan akal seperti manusia. Hal ini tak lain ditujukan sebagai suatu cerita yang memberikan sindiran atau kiasan terhadap prilaku manusia itu sendiri.
Dalam cerita binatang pengarang tidak perlu khawatir terhadap perasaan orang lain yang merasa tersinggung terhadap kebodohan dan kepandiran pelaku yang diceritakan, karna yang diceritakan itu adalah sifat-sifat binatang itu sendiri., walaupun cerita itu dimaksudkan sebagai sindiran untuk memberi pendidikan kepada orang yang berlaku bodoh.
Contohnya:
Cerita Rakyat Jawa Barat
Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya purbasari. Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta”kata prabu tapa.Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang. ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”.Terima kasih paman ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali airnya mengandung obat yang harum.

Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.

Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.

“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.

Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.

C.     Cerita pelipur lara
Kesusatraan lama ada salah satu jenis sastra yang disebut dengan istilah cerita pelipur lara (Djamaris, 1993 : 54). Dalam cerita pelipur lara ini biasanya yang diceritakan ialah hal-hal yang indah-indah dengan tujuan menghibur pendengarnya. Biasanya cerita itu disampaikan dari mulut ke mulut, dihafalkan oleh tukang ceritanya atau oleh pawang. Ciri utama dari cerita ini adalah karya dengan fantasi, khayalan yang jauh tinggi melambung, sehingga apabila dibandingkan dengan masa sekarang nyatalah bahwa logikanya sedikit sekali. Akan tetapi cerita ini amat berharga karena hal ini merupakan satu gambaran umum tentang pemikiran, perasaan dan angan-angan sebagian penduduk zaman masa lampau, dan sesuatu yang tidak dapat dipelajari dari ilmu purbakala, dari sejarah-sejarah istana, ataupun dokumen-dokumen lainnya. Yang dipentingkan dalam cerita ialah lukisan-lukisan istana yang megah, putra raja yang gagah dengan pakaian yang bagus, dengan putri raja yang cantik yang tiada bandingannya pada masa itu, peperangan yang dahsyat senjata yang keramat, dan sebagainya.
Misalnya cerita pelipur lara ini sperti kisah Cinderella, Putri duyung, kisah tujuh bidadari, dan masih banyak lagi.
Contohnya:

1.      Kisah cerita Cinderella
Cerita asli Cinderella ini pertama kali dipublikasikan oleh Giambattista Basile pada tahun 1634, dengan nama The Cat Cinderella. Cinderella disini mengadu pada pengasuhnya tentang kejahatan ibu tirinya. Pengasuhnya ini mengatakan bahwa Cinderella bisa mengatasi masalahnya ini jika dia membunuh ibu tirinya dengan cara menghantamkan penutup peti kayu besar ke leher ibu tirinya, yang akan mematahkan leher ibu tiri.
Cinderella lalu harus meyakinkan ayahnya untuk menikahi pengasuhnya. Pernikahan ayahnya terjadi dan ternyata pengasuhnya memiliki 7 anak perempuan yang cantik, sehingga ayahnya tidak menyayangi Cinderella lagi.

2.      Kisah Putri Duyung

Legenda Duyung, Makhluk Setengah Manusia Setengah Ikan selama ribuan tahun duyung telah menjadi legenda. Dipercaya sebagai perwujudan makhluk setengah ikan setengah manusia.
Dari belahan bumi barat hingga timur, utara dan selatan. Kisah-kisah duyung mewarnai khazanah mitologi dan misteri dari lautan.

Berdasarkan legenda duyung adalah makhluk air yang setengah tubuhnya manusia dan setengah lagi ikan. Bagian pinggang ke atas biasanya berbentuk tubuh perempuan cantik dan pinggang ke bawah tertutup sisik seperti ekor ikan besar.

Cerita tentang putri duyung pertama kali ditemukan di Assyria. Cerita itu berkisah tentang Dewi Atargatis, Ibu dari ratu Assyria, Semiramis. Dewi Atargatis jatuh hati pada seorang gembala, yang kemudian terbunuh olehnya. Karena malu, ia menceburkan diri ke danau untuk mengubah diri menjadi ikan. Namun, air tidak bisa mengubah dirinya sepenuhnya karena ia masih memiliki kekuatan sebagai seorang Dewi. Akhirnya, hanya separuh tubuhnya yang menjadi ikan.

Legenda Yunani yang terkenal menceritakan bahwa putri duyung adalah Thessalonike, adik Alexander Agung yang berubah menjadi duyung setelah meninggal. Dia hidup setelah mati sebagai putri duyung di laut Aegea, dan selalu menanyakan nasib kakaknya.
Dia hanya menanyakan satu hal bila ada pelaut melintas.

Dia selalu bertanya:

Ζει ο βασιλιάς Αλέξανδρος? (Zi o basiliás Aléxandros?)
(Apakah Alexander Agung masih hidup?).


Jika dia bertanya demikian, jawaban yang tepat adalah:

Ζει και βασιλεύει (Zi kē basileúi)(Dia masih hidup dan masih memerintah).

Bila tidak menjawab seperti demikian, maka ia berangsur-angsur berubah menjadi Gorgon dan mencelakai pelaut yang sedang melintas.
Kisah mengenai putri duyung kini sudah universal, mendunia, dan bukan milik suatu daerah atau negara saja. Banyak orang dari berbagai negara menciptakan karakter putri duyung masa kini atau masa lalu sesuai dengan imajinasinya.

Beberapa makhluk legendaris yang karakternya mirip putri duyung juga ditemukan di beberapa negara, seperti: Mami Wata dari Afrika barat dan tengah; Russalki (Rusalka) dari Rusia dan Ukraina; Merrow dari Irlandia dan Skotlandia; Oceanid, Nereid, dan Naiad dari Yunani, ketiganya adalah Nymph air. Dalam dongeng dan cerita rakyat Eropa, ada makhluk yang wujudnya menyerupai putri duyung disebut Melusine, berwujud wanita dari kepala sampai pinggang, sedangkan berwujud ikan dari pinggang ke bawah, dengan dua ekor yang bercabang atau kadang-kadang seperti ular. Menurut cerita rakyat Jepang, jika manusia memakan daging putri duyung, maka akan memperoleh keabadian. Dalam beberapa cerita rakyat di Eropa, puteri duyung dapat mengabulkan permohonan.

Mitologi kuno lain (Yunani dan Romawi) juga menyebut bahwa duyung adalah makhluk yang menyertai dewa-dewa laut semacam Poseidon, Neptune dan Triton.
Duyung-duyung ini umumnya berupa makhluk bertubuh perempuan dengan paras cantik jelita, berdada montok, bercahaya, namun dari pinggang ke bawahnya seperti ekor ikan.
Duyung pertama kali muncul dalam mitologi di Assyria (1000 SM). Atargatis, ibu dari ratu Assyria, Semiramis, adalah dewi yang mencintai seorang gembala namun kemudian ia membunuhnya karena cintanya ditolak.
Merasa malu ia melompat ke dalam danau dan berubah menjadi ikan.
Dalam transformasi menebus malu ia berubah menjadi duyung.

Lalu pada masa 500 SM, kisah duyung terdengar lagi dari seorang filsuf dari Ionia (wilayah Yunani) bernama Anaximander.
Ia berpendapat bahwa manusia berasal dari satu spesies hewan air.
Teori ini kemudian disebut sebagai evolusi hewan air ke manusia. Pendapatnya ini di-anggap sebagai pembenaran bahwa duyung adalah hewan air yang sedang berevolusi menjadi manusia.
Begitu populernya duyung ini, sehingga tercantum dalam perkamen dan naskah-naskah tua.
Bahwa dalam catatan Alexander the Great, sang penguasa Macedonia, (356-323 SM) kisah duyung juga terselip di sana.

Saudara perempuan Alexander bernama Thessalonike disebutkan berubah menjadi duyung setelah kematiannya.Legenda dan kisah duyung ini tersebar ke mana-mana. Dikisahkan oleh para pelaut dan penjelajah samudera.

Umumnya duyung digambarkan sebagai perempuan cantik berekor ikan, berambut panjang, bersuara merdu, suka berjemur di karang dan tepi pantai.
Namun tak ada bukti pasti mengenai eksistensinya. Kecuali pertinggal dalam bentuk sketsa kuno dan tergambar di mata uang kaum Corinthian (Yunani).

Namun ada sebuah buku bertahun 1718 yang terbit di Amsterdam Belanda, yang mengupas soal kehidupan aneka satwa di Samudera Hindia.
Buku ini dilengkapi artikel deskripsi, aneka sketsa dan gambar. Dalam buku ini ada satu catatan detail soal duyung:“Ada monster berwujud wanita setengah ikan, tertangkap di perairan Amboyna (gugus kepulauan Maluku, Indonesia).

Berdasarkan pengukuran memiliki tubuh sepanjang 59 inci (147,5 cm), bentuknya mirip belut laut (moa). Makhluk ini hanya bertahan hidup selama 103 jam (4,5 hari) setelah ditangkap, dan mati di akuarium.
Selama pengurungan diberi makan ikan-ikan kecil dan hasil laut lainnya, namun ia tidak merespons makanan tersebut.”Agaknya duyung memang masih misteri.

Dipercaya ada, namun bukti yang terlihat sampai kini tak pernah pasti soal wujud duyung yang ada legenda. Para ahli bahkan menyimpulkan bahwa kemungkinan duyung itu adalah mamalia air yang dikenal sebagai dugong, manatee dan sea cow (Sapi laut), yang disalahtafsir oleh pelaut masa lalu.Dongeng Duyung yang TersohorWalau sempat ditakuti oleh banyak pelaut, ternyata kisah soal duyung justru menarik pula bagi anak-anak.

Satu dongeng tentang duyung yang terkenal adalah buah karya pendongeng dunia Hans Christian Andersen.Karya Andersen yang berjudul “The Little Mermaid (1836)” menjadi satu dongeng paling populer soal duyung dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Bahkan kisah ini sudah difilmkan dalam versi kartun dengan judul yang sama oleh Walt Disne, namun dengan sedikit pengubahan di bagian akhirnya.Versi asli Andersen, mengadaptasi kisah yang menjadi patron tentang duyung yang selalu berakhir dengan kesengsaraan. Berkisah soal duyung yang terobsesi dengan kehidupan di darat dan tertarik pada seorang pangeran.

Untuk bisa berubah menjadi manusia ia harus rela kehilangan suaranya (bisu). Namun setelah menjadi manusia, sang pangeran tak membalas cintanya karena ia bisu. Akhirnya sang duyung tak bisa menikmati hidup dan berputus asa.

Untuk mengenang dongeng Hans Christian Andersen yang tersohor ini, patung Little Mermaid dibangun di pelabuhan di Copenhagen, Denmark. Patung itu menjadi icon kota pelabuhan itu.

Kisah Joko Tarup Dan 7 Bidadari


Suatu hari Jaka Tarub berangkat berburu di kawasan Gunung Keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga tempat tujuh bidadari mandi.
Jaka Tarub mengambil selendang salah satu bidadari. Ketika 7 bidadari selesai mandi, enam dari tujuh bidadari tersebut kembali ke kahyangan. Sisanya yang satu orang bingung mencari selendangnya, karena tanpa itu ia tidak mampu terbang.
Jaka Tarub muncul datang menolong. Bidadari yang bernama Dewi Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumahnya. Keduanya akhirnya menikah dan mendapatkan seorang putri bernama Dewi Nawangsih.
Selama hidup berumah tangga, Nawangwulan selalu memakai kesaktiannya. Sebutir beras bisa dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu hari Jaka Tarub melanggar larangan Nawangwulan supaya tidak membuka tutup penanak nasi. Akibatnya kesaktian Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.
Maka, persediaan beras menjadi cepat habis. Ketika beras tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendang pusakanya tersembunyi di dalam lumbung. Nawangwulan pun marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut.
Jaka Tarub memohon istrinya untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun tekad Nawangwulan sudah bulat. Hanya demi bayi Nawangsih ia rela turun ke bumi untuk menyusui saja.
Pernikahan Nawangsih
Jaka Tarub kemudian menjadi pemuka desa bergelar Ki Ageng Tarub, dan bersahabat dengan Brawijaya raja Majapahit. Pada suatu hari Brawijaya mengirimkan keris pusaka Kyai Mahesa Nular supaya dirawat oleh Ki Ageng Tarub.
Utusan Brawijaya yang menyampaikan keris tersebut bernama Ki Buyut Masahar dan Bondan Kejawan, anak angkatnya. Ki Ageng Tarub mengetahui kalau Bondan Kejawan sebenarnya putra kandung Brawijaya. Maka, pemuda itu pun diminta agar tinggal bersama di desa Tarub.
Sejak saat itu Bondan Kejawan menjadi anak angkat Ki Ageng Tarub, dan diganti namanya menjadi Lembu Peteng. Ketika Nawangsih tumbuh dewasa, keduanya pun dinikahkan.
Setelah Jaka Tarub meninggal dunia, Lembu Peteng alias Bondan Kejawan menggantikannya sebagai Ki Ageng Tarub yang baru. Nawangsih sendiri melahirkan seorang putra, yang setelah dewasa bernama Ki Getas Pandawa.
Ki Ageng Getas Pandawa kemudian memiliki putra bergelar Ki Ageng Sela, yang merupakan kakek buyut Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram
              

BAB III

A.    Simpulan

Penggolongan sastra nusantara dapat dibagi atas tiga yaitu penggolongan berdasarkan bentuk : prosa dan puisi, berdasarkan isi : undang-undang, sejarah, dan petunjuk bagi raja, berdasarkan pengaruh asing : sastra melayu asli dan sastra pengaruh Hindu.
Cerita binatang dibedakan tiga tipe yaitu etiological tale  (asal usul binatang),fable (cerita binatang yang mengandung pesan moral) dan beast epic (siklus cerita binatan degan seekor pelaku utamanya).
Cerita pelipur lara merupakan cerita yang indah-indah dengan tujuan menghibur pendengarnya. Biasanya berisi cerita istana yang megah, pengeran yang gagah berani, dan putri yang cantik jelita. Misalnya kisah cinderella, putri duyung, kisah tujuh bidadari, dan lain.

B.     Saran
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan dipelajari, khususnya tentang cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara di kalangan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA


Amir, Adriyetti. Zuriati dan Khairil Anwar. 2006. Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang : Andalas University Press.
Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.Jakarta ; Pustaka Utama Grafiti.
Djamaris, Edwar. 1993. Menggali Khazanah SASTRA MELAYU KLASIK (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Balai Pustaka.
Fang, Liaw Yock. 2011. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. MUTIARA YANG TERLUPAKAN : Pengantar Studi Sastra Lisan. Jawa Timur : Penerbit HISKI.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS STRUKTUR, KOHESI DAN KOHERENSI CERPEN HENING DI UJUNG SENJA KARYA WILSON NADEAK

Membandingkan Cerpen Malin Deman dan Cerpen Jaka Tarub Berdasarkan Ilmu Sastra Bandingan