Makalah Penggolongan Sastra Nusantara Cerita Binatang dan Pelipur Lara
PENGGOLONGAN SASTRA NUSANTARA
CERITA BINATANG DAN PELIPUR LARA
MAKALAH
ANGGOTA
1.
WENDY NOFRIALDI (14017026)
2.
NOVI YOLANDA (14017064)
3.
PIPIN ZAHARA (14017066)
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bab ini akan dibahas
tentang sastra nusantara dan penggolongannya, sehingga mahasiswa
bisa mengetahui bentuk-bentuk sastra nusantara berdasarkan pengaruh. Pada bab
ini akan dibahas tentang cerita binatang dan pelipur lara yang berkembang di
Indonesia. Hal ini akan membuat mahasiswa mengetahui tentang cerita binatang
dan pelipur lara yang ada di Indonesia, dan kemudian mahasiswa bisa menjadikan
bahan untuk penelitian lapangan. Bab ini perlu dipahami mengingat bahwa
mahasiswa memerlukan pemahaman awal tentang hakikat sastra nusantara dan
penggolongannya, serta bentuk-bentuk cerita binatang dan pelipur lara yang
berkembang di Indonesia.
Tujuan yang hendak dicapai dalam bab
delapan ini akan dikemukakan berikut ini. Pertama, siswa mampu menjelaskan
hakikat sastra nusantara dan penggolongannya. Kedua, mahasiswa mampu
menjelaskan bentuk-bentuk sastra nusantara berdasarkan pengaruh. serta ketiga,
mahasiswa mampu menjelaskan tentang cerita binatang dan pelipur lara yang ada
di Indonesia.
B.
Batasan
masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, di dalam makalah ini kami
membahas mengenai sastra Nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur
lara. Sebagaimana telah kita ketahui Sastra nusantara merupakan hasil kebudaya
yang sejak dahulu tumbuh dan berkembang di setiap daerah di indonesia. Sastra
Nusantara dapat pula memberikan gambaran tentang sistem budaya masyrakatnya.
Sedangkan cerita binantang kerap dikenal dengan sebutan cerita-cerita
margasatwa. Cerita Binatang merupakan cerita yang dimiliki di seluruh dunia.
Biasanya, binatang-binatang yang di ceritakan ini, berperan sebagaimana manusia
yang bisa bercakap-cakap, berpikir, dan bertindak dan mengambil binatang
sebagai watak dalam cerita. Dan Cerita pelipur lara adalah cerita yang
bermaksud menghibur orang yang sedang sedih, terutama kaum remaja yang sedang
terkena asmara. Cerita pelipur lara berkaitan dengan hubungan muda-mudi, yaitu
pemuda yang mencari pasangannya dengan mengalami berbagai rintangan, tetapi
selalu berakhir dengan kebahagiaan. Cerita ini penuh denagn lukisan yang
romantik, baik lukisan yang mengenai para tokoh maupun lukisan tentang tempat (Suasana).
Tukang cerita pelipur lara disebut pawang. Cerita pelipur lara memiliki cerita
tertentu. Motif dan jenisnya pun bermacam-macam.
C.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana pengertian cerita nusantara, cerita
binatang, dan cerita pelipur lara?
2.
Bagaimana
penggolongan cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara?
3.
Apa contoh
cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara?
D. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur
lara.
2.
Untuk
mengetahui penggolongan cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur
lara.
3.
Untuk
mengetahui contoh dari cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur
lara.
E. Manfaaat
Penulisan
1. Untuk
lebih mengenal dan memahami pengertian dari
cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara serta
menambah wawaasan tentang pembelajaran.
2. Sebagai
pandangan untuk mengetahui penggolongan cerita nusantara, cerita binatang dan
cerita pelipur lara yang terdapat dalam
foklor.
3. Sebagai
pengapresiasikan wawasan dan pengetahuan tentang kesusastraan.
BAB II
ISI
A. Cerita
Nusantara
Sastra melayu klasik tidak dapat
digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu (periode) karena hasil karya
sastra melayu klasik itu tidak mencantumkan waktu penciptaan dan siapa
penciptanya. Penggolongan yang biasa, berdasarkan bentuk, berdasarkan isi
cerita, dan berdasarkan pengaruh asing (Djamaris, 1993 : 11-19).
1. Penggolongan
berdasarkan bentuk.
Dalam penggolongan ini karya sastra melayu
klasik digolongkan dalam dua golongan, yaitu: prosa : yang termasuk prosa lama
banyak jumlahnya, prosa melayu klasik ini umumnya banyak disebut hikayat,
karena pada umumnya judul prosa melayu klasik ini dimulai dengan “hikayat
ini..” dan puisi : yang termasuk puisi lama yaitu mantra, peribahasa, pantun,
syair, gurindam, talibun dan lain-lain.
2. Penggolongan
berdasarkan isi.
a. Hasil sastra
berisi undang-undang, yang dimaksud dengan undang-undang disini bukanlah
undang-undang yang dalam bahasa Inggris disebut “law”, melainkan adat kebiasaan
atau adat istiadat, yang dipakai sejak dahulu secara turun-temurun yang disebut
customary law. Adat istiadat itu disajikan dalam bentuk cerita, serta diselangi
dengan pantun petatah-petitih, peribahasa dan sebagainya. Dengan membaca hasil
karya sastra yang berisi undang-undang ini kita dapat mengetahui latar belakang
cara berfiikir dan falsafah hidup masyarakat pada masa dahulu serta
adat-istiadatnya, adat raja-raja, adat yang dilakukan dalam upacara tertentu.
Misalnya undang-undang malaka, undang-undang minangkabau dan lainnya.
b. Hasil sastra berisi
sejarah, diantaranya yaitu hikayat aceh, hikayat raja-raja pasai, sejarah
melayu, hikayat banjar, tambo minangkabau, hikayat patani, hikayat merong
mahawangsa.
c. Hasil sastra berisi
petunjuk bagi raja. Hasil sastra yang berisi petunjuk bagi raja atau pengusaha
dalam menjalani pemerintahan, yaitu tajussalatin dan bustanussalatin.
Tajussalatin berarti mahkota segala raja-raja yang ditulis oleh Bukhari
Al-Johari di Aceh pada tahun 1603. Tajussalatin merupakan hasil karya sastra
lama yang memberikan pelajaran tentang kewajiban-kewajiban moral yang harus
dilakukan oleh raja-raja, mentri, hulu balang, bendahara, penulis, pembawa
berita, para duta, dan para pejabat kerajaan lainnya terhadap rakyat dan kepada
Allah; demikian juga sebaliknya, bagai mana seharusnya kewajiban dilaksanakan
oleh rakyat kepada tuhan dan negaranya. Demikian pula Bustanussalatin yang
berarti taman segala raja-raja yang ditulis oleh Nuruddin Ar-Raniri.
3. Penggolongan
berdasarkan pengaruh asing.
Terdapat
beberapa penggolongan, diantaranya:
a. Sastra melayu
asli
Sastra melayu asli atau secara
tradisional ialah suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun
temurun, dan satu generasi kepada generasi berikutnya, istilah lain
yang biasa biasa digunakan untuk menyebut golongan karya sastra ini
ialah cerita rakyat. Disebut cerita rakyat atau folklor karena cerita ini hidup
dikalangan rakyat. Cerita rakyat itu biasanya disampaikan secara lisan oleh
orang yang hafal ceritanya.
Secara tradisional certa rakyat ini
juga merupakan objek penelitian folklor, tujuan peneliti meneliti cerita rakyat
adalah untuk mengetahui kebudayaan suatu bangsa sebelum adanya pengaruh asing,
seperti kepercayaan, pandangan hidup, adat istiadat, dan cara berfikir
masyarakat tersebut. Seperti mantra, peribahasa, pantun, teka-teki, cerita
binatang, cerita asal-usul, cerita jenaka dan cerita pelipur lara.
b. Sastra pengaruh
hindu.
Pengaruh Hindu merupakan pengaruh
asing petama dan lama di Nusantara ini. Bukti tertulis berupa piagam dapat
ditemukan sekitar abad kelima, diantaranya piagam raja Mulawarman di Kutai,
Kalimantan Timur; dan piagam raja Purnawarman. Di Jawa Barat, sebagai bukti
sudah berakarnya pengaruh Hindu di Nusantara. Hasil sastra Hindu yang terkenal,
seperti Ramayana, Mahabrata, dan Pancatantra, yang dalam sastra melayu dikenal
dengan judul Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima.
B. Cerita
Binatang
Cerita binatang termasuk salah satu
cerita yang digemari oleh rakyat. Yang dimaksud cerita binatang disini bukanlah
cerita binatang dalam pengertian animal tale atau animal
folktale, tetapi cerita binatang dalam artian fable.
Animal folktale dapat dibedakan dalam tiga tipe
(Djamaris, 1993 : 39-47):
a. Etiological
tale.
Etiological tale adalah
cerita tentang asal-usul terjadinya binatang, berdasarkan kepada bentuk atau
rupanya sekarang ini. Misalnya apa sebabnya harimau mempunyai bulu belang atau
loreng.
Contohnya:
Asal-Usul
Harimau Berkulit Belang atau loreng
Pada jaman dulu hiduplah seorang pertapa muda yang
sangat sakti. Dia tinggal disebuah gua terpencil di tengah hutan. Karena
kesaktiannya dia dapat bercakap-cakap dengan binatang penghuni hutan itu.
Pasa suatu hari ketika dia sedang duduk bersemedi di
luar gua, datanglah seekor kelinci dengan tergesa-gesa. Nafasnya naik turun dan
gemetaran. Rupa-rupanya kelinci itu sedang dikejar oleh harimau yang
lapar. Dan, harimau itu pastilah hendak menyantapnya.
“Tolonglah aku wahai pertapa,” kata kelinci memelas,
“jika aku diterkamnya, siapa nanti yang akan memberi susu dan
mencarikan makan anakku?”
Mendengar cerita kelinci, si pertapa jatuh iba dan
berjanji untuk menolongnya. Lalu dia berkata,” Bersembunyilah ke dalam gua,
biar aku sendiri yang akan menghadapi harimau”.
Tak berselang lama sang harimau tiba. Dia langsung
menanyakan perihal kelinci itu kepada si
pertapa. Tentu saja pertapa itu memberi kan jawaban
yang sebenarnya.
“Kalau begitu bawalah kelinci itu keluar,” ancam
harimau. “atau aku sendiri yang akan mengambilnya”.
“Bersabarlah engkau harimau,” kata pertapa. Lalu dia
mengajukan tawaran lain untuk melindungi kelinci yang tengah
bersembunyi. “Kalau engkau mau, biarlah kutukar kelinci itu dengan tangan
kiriku”.
Hm, tawaran yang menarik bagi si raja hutan
tentunya. Harimau pun langsung setuji. Dia berpikir, soal
kelinci bisa diusahakannya lagi di lain hari. “Baiklah, walau aku tak
mengetahui rasanya daging manusia,” balas si harimau,
“mudah-mudahan tidak mengandung kolestrol tinggi.”
Mendengar jawaban harimau, sang pertapa langsung
memutus tangan kirinya. “Ini, makanlah,” katanya seraya menyerahkan
potongan tangan kirinya tersebut ke mulut harimau. “Haumm !!!!”
harimau segera menyambar dan menggondolnya, lalu pergi meninggalkan pertapa
yang buntung sebelah tangannya.
Di tempat persembunyiannya si kelinci
menyaksikan semuanya. Sungguh mati dia sangat terkejut. Bahkan dia sendiri
tak sanggup berkata apa-apa melihat pengorbanan yang luar biasa
dari sang pertapa muda.
Akan tetapi, rupa-rupanya itu belum seberapa.
Keterkejutan kelinci menjadi lebih berlipat lagi manakala
menyaksikan tangan kiri si pertapa tumbuh lagi dan kembali utuh, tanpa
kurang suatu apa. “Sekarang pulanglah,” kata si pertapa sakti
seolah tak terjadi apa-apa, “lain kali engkau harus lebih berhati-hati.”
Setelah berterima kasih kelinci itu pun pamit.
Sebenarnya dalam hati dia masih ingin bertanya-tanya, tapi segera
diputuskannya untuk pulang secepatnya.
Di sarang si raja hutan, saat dia tengah menyantap
tangan kiri pertapa, muncul pikiran-pikiran jahatnya. Alangkah mudahnya
mencari makan? Kenapa tidak aku ulangi saja caranya? Ya..dengan sedikit k
ebohongan , aku tak perlu capek-capek mengejar mangsa? Sambil
tersenyum-senyum harimau yang licik ini membayangkan rencananya. Besok
dia akan mendatangi si pertapa. Lalu dengan sebuah cerita palsu dia akan
memperdayainya. Mudah-mudahan dengan cara seperti itu dia akan mendapatkan
tangan yang sebelah kanan.
Benar saja, esoknya harimau mendatangi sang
pertapa. Setelah berhadap-hadapan harimau menceritakan kisah
palsunya tentang kelinci lain yang hendak dimangsanya. Harimau itu berkata,
“kalau aku mau, kelinci itu pasti sudah berada di dalam perutku.”
Si pertapa bukan tidak mengetahui kecurangan
harimau. Dia mengiyakan saja kebohongan harimau, bahkan ketika si harimau
menuntut pertukaran nyawa kelinci tadi dengan tangan kanannya.
Diberikanlah tangan kanannya itu. Harimau segera
menyambarnya karena berpikir pertapa itu sudah buntung sebelumnya.
Senanglah si harimau karena akal bulusnya berjalan sesuai dengan
rencana. Dia kembali ke sarangnya dan kembali melahap tangan pertapa.
Tetapi apakah semuanya cukup memuaskan harimau si raja
rimba? Ternyata tidak. Menurutnya jika pertapa itu sudah kehilangan kedua
tangannya, mudah saja bagi dia untuk memangsanya. Harimau bergegas ke luar dari
sarangnya dan kembali menuju gua pertapaan.
Sampai di mulut gua, harimau membulatkan niat
jahatnya. Dia menerobos ke dalam. Nafsunya untuk menerkam si
pertapa sebesar rasa laparnya untuk kembali merasakan lezatnya daging
manusia.
Namun kali ini harimau terkecoh. Dia tidak menemui
pertapa buntung seperti yang disangkanya, melainkan seorang pertapa bertangan
utuh dengan sebilah tongkat kayu yang dibawanya. Sudah kepalang basah,
harimau bukannya bersurut langkah justru menerkam dan mengaum
dengan ganasnya.
Maka terjadilah pertarungan yang seru antara
harimau dan pertapa. Gigitan dan cakaran harimau berbalas pukulan dan sabetan
tongkat pertapa. Anehnya, tidak ada satu lukapun dialami pertapa sakti itu.
Kondisi sebaliknya , justru tubuh harimau itu kerap menjadi sasaran.
Singkat cerita akhirnya harimau terluka parah dan menyerah. Dia merasa
sangat kesakitan dan tergolek tak berdaya. Di sekujur tubuhnya penuh
bekas pukulan dan sabetan tongkat pertapa yang membentuk garis belang-belang.
Si pertapa bukan bermaksud untuk membunuh harimau melainkan ingin
memberinya pelajaran. Setelah harimau berjanji untuk tidak mengulangi
kesalahannya lagi, si pertapa menyembuhkan luka-luka yang dialaminya. Harimau
segera sembuh. sakitnya hilang, tetapi tidak dengan
bekas luka-lukanya.Warna belang-belang hitam di tubuh harimau
itu seolah mengajarkan agar harimau selalu berbuat kebaikan. Sampai
sekarang bekas garis belang-belang hitam di tubuh harimau pun
masih bisa kita saksikan.
b. Fable.
Fable adalah
cerita bintang yang mengandung pesan moral. Binatang diceritakan mempunyai
akal, tingkah laku, dan juga bicara seperti manusia. Misalnya cerita kancil.
Contohnya:
Cerita
kancil menolong kerbau
Setelah sampai, si kancilpun minum dengan
lahapnya. Dia meminum sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa dahaganya.
Setelah di rasa puas, si kancilpun kemudian berteduh di bawah sebuah pohon yang
cukup rindang. Suasana yang sejuk dan angin sepoi-sepoi yang berhembus, membuat
mata si kancil menjadi terasa berat dan mengantuk.Pada suatu hari yang panas, si kancil
menyusuri hutan untuk jalan-jalan. Karena merasa haus, si kancil berjalan
menuju sungai untu minum.
Tapi ketika si kancil tengah asik menuju
alam mimpi, lamat-lamat dia mendengar suara merintih dan minta tolong. Si
kancilpun segera bangun dan mencari dari arah mana suara itu berasal. Betapa
kagetnya si kancil, ketika dia melihat dari balik semak-semak. Dia melihat pak
kerbau yang tengah mengerang kesakitan karena kakinya di gigit oleh seekor
buaya. Si kancilpun mendekat untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
“Hai pak kerbau.. apa kabarmu hari ini?
Kau dan pak buaya sedang main apa? Bolehkah aku ikut?”. Kata si kancil berlagak
bodoh.
“Aduh kancil.. kabar ku hari ini sangat
sial..”. kata pak kerbau.
“Tapi kabar ku hari ini sangat baik dan
sangat beruntung..hahaha”. kata buaya menyahut.
“Lho.. kok bisa begitu? Memangnya kalian
ini kenapa? Ada apa sebenarnya?”. Tanya si kancil.
“Begini cil..”. kata pak kerbau. “Tadi..
waktu aku sedang minum, aku mendengar ada suara meminta tolong. Setelah aku
cari, ternyata aku melihat buaya ini sedang mengerang kesakitan karena tertimpa
oleh pohon. Dia memelas dan meminta tolong pada ku, agar aku mau menolongnya”.
Kata pak kerbau.
“Lha terus masalahnya bagaimana kok bisa
jadi begini?”. Tanya si kancil lagi.
“Nah.. biar aku yang lanjutkan cil..”.
kata buaya. “Tadi dia memang menolong ku. Melepaskan aku dari tindihan pohon
besar yang menimpa tubuh ku sehingga aku tak bisa bergerak. Tapi tadi aku juga
sudah bertanya padanya, apakah diamau menolong ku dengan tulus? Lalu dia jawab,
iya. Nah, janji adalah hutang bukan?”. Tanya si buaya.
“Iya.. memang benar demikian, lalu..?”
Tanya si kancil lagi.
“Aku terjebak di bawah pohon sudah tiga
hari lamanya. Kehujanan, kepanasan, dan juga kelaparan. Waktu pak kerbau
menolong ku, aku sangat lapar cil. Jadi ku tagih juga janjinya yang katanya
mau menolongku dengan tulus, agar dia juga bersedia ku santap untuk
menolong ku menghilangkan rasa lapar ku. Jadi, aku tak salah kan cil?
Hahaha..”. kata si buaya.
“Apakah benar demikian pak kerbau cerita
yang sebenarnya?”. Tanya si kancil memastikan.
“Memang benar cil. Tapi aku hanya
bermaksut menolongnya dari tindihan pohon tadi agar dia bisa bebas. Tak ku
sangka ternyata dia juga mau memakan aku untuk menolong menghilangkan rasa
laparnya. Nasib ku memang benar-benar malang cil..”. kata pak kerbau pasrah
dengan sedihnya.
“Tunggu-tunggu.. kalau memang benar begitu
ceritanya, berarti pak buaya benar dan pak kerbau yang bersalah. Jadi pak
kerbau memang harus bersedia di makan oleh pak buaya..”. mendengar perkataan si
kancil ini, buaya menjadi sangat senang dan si kerbau menjadi sangat bersedih.
Dia hanya bisa merintih dalam kepasrahanya.
“Tapi untuk lebih jelasnya, bagaimana
kalau kita lakukan reka ulang adegan yang sebenarnya…?”. Kata si kancil lagi.
“Reka ulang adegan? Maksudnya apa cil?”.
Tanya pak buaya.
“Maksudnya, kita akan melakukan sandiwara
tentang kejadian sebelum hal ini terjadi. Agar semua dapat kita simpulkan
dengan jelas siapa yang benar dan siapa yang salah”. Kata si kancil.
“Buat apa cil? Kan tadi sudah kau bilang
bahwa aku yang benar.”. kata buaya sedikit protes.
“Memang pak buaya.. tapi masalahnya, pak
kerbau merasa belum jelas dan dia merasa dirinya juga benar. Nah, agar dia juga
sama-sama mengerti bahwa dia yang salah, maka kita harus melakukan reka adegan
ini. Tentunya pak buaya yang sangat cerdas tak mau jika di bilang memakan
kerbau yang tak bersalah bukan?”. Tanya si kancil.
Mendengar dirinya di puji, si buaya
menjadi besar kepala.. “Wah.. tentu saja tidak cil. Kau memang benar. Buaya
cerdas seperti ku tak mungkin mau jika di sebut penipu. Hahaha.. baiklah, mari
kita lakukan reka ulang adeganya, aku yakin bahwa walau di ulang berapa
kalipun.. tetap aku yang benar”. Kata buaya dengan yakinya.
Ahirnya, buaya melepas gigitanya dari kaki
pak kerbau. Dan merekapun melakukan reka adegan. Si buaya kembali ke tempat
asal dia tertimpa batang pohon. Dan pak kerbau kembali mendorong pohon menimpa
pak buaya dengan ke dua tanduknya. Setelah di rasa si buaya tak sanggup lagi
bergerak dan benar-benar terjebak, si kancil mengajak pak kerbau segera lari
meninggalkan tempat itu.
“Rasakan itu buaya jahat..!! ahirnya kamu
berhasil juga aku tipu. Kamu memang tak tahu terimakasih. Sudah di tolong malah
tak mau membalas budi. Sekarang rasakan sendiri akibat dari perbuatan jahat mu.
Kau akan terjebak di situ tanpa ada stupun hewan yang mau menolong mu.
Hahaha..”. kata si kancil sambil berlari meninggalkan tempat itu. Sementara si
buaya yang merasa di tipu oleh si kancil, sangat sakit hati dan menyimpan
dendam. “Suatu hari nanti, aku pasti akan membalas mu kancil..!!”. teriak
buaya. Dan mulai saat itulah di mulai perseteruan antara buaya dan kancil. Pada
cerita dan kisah yang lain..
c. Beast
epic.
Beast epic merupakan
siklus cerita binatang dengan seekor pelaku utamanya. Misalnya di Indonesia
terkenal kisah kancil, di Eropa cerita tentang rubah, di Kamboja terkenal
cerita tentang kelinci, dan di Jawa Barat terkenal cerita tentang kera.
Di Indonesia cerita kancil dapat
digolongkan dalam tipe fable dan beast epic, karena dalam cerita itu terkandung
moral, sedangkan pelaku utamanya tetap sang kancil itu.
Cerita binatang itu dapat dikatakan
suatau cerita yang bersifat universal. Dalam cerita itu binatang dilengkapi
dengan perasaan dan akal seperti manusia. Hal ini tak lain ditujukan sebagai
suatu cerita yang memberikan sindiran atau kiasan terhadap prilaku manusia itu
sendiri.
Dalam cerita binatang pengarang
tidak perlu khawatir terhadap perasaan orang lain yang merasa tersinggung
terhadap kebodohan dan kepandiran pelaku yang diceritakan, karna yang
diceritakan itu adalah sifat-sifat binatang itu sendiri., walaupun cerita itu
dimaksudkan sebagai sindiran untuk memberi pendidikan kepada orang yang berlaku
bodoh.
Contohnya:
Cerita Rakyat Jawa Barat
Pada jaman dahulu kala di tatar
pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana,
beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya purbasari. Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta”kata prabu tapa.Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang. ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”.Terima kasih paman ujar Purbasari.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya purbasari. Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta”kata prabu tapa.Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang. ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”.Terima kasih paman ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak
teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada
seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling
perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari
dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama
teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama,
Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi.
Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung
bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan
terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali airnya mengandung obat
yang harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung
menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa
manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama
setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi
bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut
dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
“Baiklah aku kalah, tapi sekarang
ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil
mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia
melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak
seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi
monyet itu tunanganmu ?”.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke istana.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke istana.
Purbasari menjadi seorang ratu,
didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini
selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
C. Cerita
pelipur lara
Kesusatraan lama ada salah satu
jenis sastra yang disebut dengan istilah cerita pelipur lara (Djamaris, 1993 :
54). Dalam cerita pelipur lara ini biasanya yang diceritakan ialah hal-hal yang
indah-indah dengan tujuan menghibur pendengarnya. Biasanya cerita itu
disampaikan dari mulut ke mulut, dihafalkan oleh tukang ceritanya atau oleh
pawang. Ciri utama dari cerita ini adalah karya dengan fantasi, khayalan yang
jauh tinggi melambung, sehingga apabila dibandingkan dengan masa sekarang
nyatalah bahwa logikanya sedikit sekali. Akan tetapi cerita ini amat berharga
karena hal ini merupakan satu gambaran umum tentang pemikiran, perasaan dan
angan-angan sebagian penduduk zaman masa lampau, dan sesuatu yang tidak dapat
dipelajari dari ilmu purbakala, dari sejarah-sejarah istana, ataupun
dokumen-dokumen lainnya. Yang dipentingkan dalam cerita ialah lukisan-lukisan
istana yang megah, putra raja yang gagah dengan pakaian yang bagus, dengan
putri raja yang cantik yang tiada bandingannya pada masa itu, peperangan yang dahsyat
senjata yang keramat, dan sebagainya.
Misalnya cerita pelipur lara ini
sperti kisah Cinderella, Putri duyung, kisah tujuh bidadari, dan masih banyak
lagi.
Contohnya:
1.
Kisah cerita Cinderella
Cerita asli Cinderella ini pertama kali dipublikasikan oleh
Giambattista Basile pada tahun 1634, dengan nama The Cat Cinderella. Cinderella
disini mengadu pada pengasuhnya tentang kejahatan ibu tirinya. Pengasuhnya ini
mengatakan bahwa Cinderella bisa mengatasi masalahnya ini jika dia membunuh ibu
tirinya dengan cara menghantamkan penutup peti kayu besar ke leher ibu tirinya,
yang akan mematahkan leher ibu tiri.
Cinderella lalu harus meyakinkan ayahnya untuk menikahi pengasuhnya.
Pernikahan ayahnya terjadi dan ternyata pengasuhnya memiliki 7 anak perempuan
yang cantik, sehingga ayahnya tidak menyayangi Cinderella lagi.
2.
Kisah Putri Duyung
Legenda
Duyung, Makhluk Setengah Manusia Setengah Ikan selama ribuan tahun duyung telah
menjadi legenda. Dipercaya sebagai perwujudan makhluk setengah ikan setengah manusia.
Dari belahan bumi barat hingga timur, utara dan selatan. Kisah-kisah duyung mewarnai khazanah mitologi dan misteri dari lautan.
Dari belahan bumi barat hingga timur, utara dan selatan. Kisah-kisah duyung mewarnai khazanah mitologi dan misteri dari lautan.
Berdasarkan legenda duyung adalah makhluk air yang setengah tubuhnya manusia dan setengah lagi ikan. Bagian pinggang ke atas biasanya berbentuk tubuh perempuan cantik dan pinggang ke bawah tertutup sisik seperti ekor ikan besar.
Cerita tentang putri duyung pertama kali ditemukan di Assyria. Cerita itu berkisah tentang Dewi Atargatis, Ibu dari ratu Assyria, Semiramis. Dewi Atargatis jatuh hati pada seorang gembala, yang kemudian terbunuh olehnya. Karena malu, ia menceburkan diri ke danau untuk mengubah diri menjadi ikan. Namun, air tidak bisa mengubah dirinya sepenuhnya karena ia masih memiliki kekuatan sebagai seorang Dewi. Akhirnya, hanya separuh tubuhnya yang menjadi ikan.
Legenda Yunani yang terkenal menceritakan bahwa putri duyung adalah Thessalonike, adik Alexander Agung yang berubah menjadi duyung setelah meninggal. Dia hidup setelah mati sebagai putri duyung di laut Aegea, dan selalu menanyakan nasib kakaknya.
Dia hanya menanyakan satu hal bila ada pelaut melintas.
Dia selalu bertanya:
Ζει ο
βασιλιάς Αλέξανδρος? (Zi o basiliás Aléxandros?)
(Apakah Alexander Agung masih hidup?).
(Apakah Alexander Agung masih hidup?).
Jika
dia bertanya demikian, jawaban yang tepat adalah:
Ζει και
βασιλεύει (Zi kē basileúi)(Dia masih hidup dan masih memerintah).
Bila tidak menjawab seperti demikian, maka ia berangsur-angsur berubah menjadi Gorgon dan mencelakai pelaut yang sedang melintas.
Kisah mengenai putri duyung kini sudah universal, mendunia, dan bukan milik suatu daerah atau negara saja. Banyak orang dari berbagai negara menciptakan karakter putri duyung masa kini atau masa lalu sesuai dengan imajinasinya.
Beberapa makhluk legendaris yang karakternya mirip putri duyung juga ditemukan di beberapa negara, seperti: Mami Wata dari Afrika barat dan tengah; Russalki (Rusalka) dari Rusia dan Ukraina; Merrow dari Irlandia dan Skotlandia; Oceanid, Nereid, dan Naiad dari Yunani, ketiganya adalah Nymph air. Dalam dongeng dan cerita rakyat Eropa, ada makhluk yang wujudnya menyerupai putri duyung disebut Melusine, berwujud wanita dari kepala sampai pinggang, sedangkan berwujud ikan dari pinggang ke bawah, dengan dua ekor yang bercabang atau kadang-kadang seperti ular. Menurut cerita rakyat Jepang, jika manusia memakan daging putri duyung, maka akan memperoleh keabadian. Dalam beberapa cerita rakyat di Eropa, puteri duyung dapat mengabulkan permohonan.
Mitologi kuno lain (Yunani dan Romawi) juga menyebut bahwa duyung adalah makhluk yang menyertai dewa-dewa laut semacam Poseidon, Neptune dan Triton.
Duyung-duyung ini umumnya berupa makhluk bertubuh perempuan dengan paras cantik jelita, berdada montok, bercahaya, namun dari pinggang ke bawahnya seperti ekor ikan.
Duyung pertama kali muncul dalam mitologi di Assyria (1000 SM). Atargatis, ibu dari ratu Assyria, Semiramis, adalah dewi yang mencintai seorang gembala namun kemudian ia membunuhnya karena cintanya ditolak.
Merasa malu ia melompat ke dalam danau dan berubah menjadi ikan.
Dalam transformasi menebus malu ia berubah menjadi duyung.
Lalu pada masa 500 SM, kisah duyung terdengar lagi dari seorang filsuf dari Ionia (wilayah Yunani) bernama Anaximander.
Ia berpendapat bahwa manusia berasal dari satu spesies hewan air.
Teori ini kemudian disebut sebagai evolusi hewan air ke manusia. Pendapatnya ini di-anggap sebagai pembenaran bahwa duyung adalah hewan air yang sedang berevolusi menjadi manusia.
Begitu populernya duyung ini, sehingga tercantum dalam perkamen dan naskah-naskah tua.
Bahwa dalam catatan Alexander the Great, sang penguasa Macedonia, (356-323 SM) kisah duyung juga terselip di sana.
Saudara
perempuan Alexander bernama Thessalonike disebutkan berubah menjadi duyung
setelah kematiannya.Legenda dan kisah duyung ini tersebar ke mana-mana.
Dikisahkan oleh para pelaut dan penjelajah samudera.
Umumnya duyung digambarkan sebagai perempuan cantik berekor ikan, berambut panjang, bersuara merdu, suka berjemur di karang dan tepi pantai.
Namun tak ada bukti pasti mengenai eksistensinya. Kecuali pertinggal dalam bentuk sketsa kuno dan tergambar di mata uang kaum Corinthian (Yunani).
Namun ada sebuah buku bertahun 1718 yang terbit di Amsterdam Belanda, yang mengupas soal kehidupan aneka satwa di Samudera Hindia.
Buku ini dilengkapi artikel deskripsi, aneka sketsa dan gambar. Dalam buku ini ada satu catatan detail soal duyung:“Ada monster berwujud wanita setengah ikan, tertangkap di perairan Amboyna (gugus kepulauan Maluku, Indonesia).
Berdasarkan pengukuran memiliki tubuh sepanjang 59 inci (147,5 cm), bentuknya mirip belut laut (moa). Makhluk ini hanya bertahan hidup selama 103 jam (4,5 hari) setelah ditangkap, dan mati di akuarium.
Selama pengurungan diberi makan ikan-ikan kecil dan hasil laut lainnya, namun ia tidak merespons makanan tersebut.”Agaknya duyung memang masih misteri.
Dipercaya
ada, namun bukti yang terlihat sampai kini tak pernah pasti soal wujud duyung
yang ada legenda. Para ahli bahkan menyimpulkan bahwa kemungkinan duyung itu
adalah mamalia air yang dikenal sebagai dugong, manatee dan sea cow (Sapi
laut), yang disalahtafsir oleh pelaut masa lalu.Dongeng Duyung yang
TersohorWalau sempat ditakuti oleh banyak pelaut, ternyata kisah soal duyung
justru menarik pula bagi anak-anak.
Satu dongeng tentang duyung yang terkenal adalah buah karya pendongeng dunia Hans Christian Andersen.Karya Andersen yang berjudul “The Little Mermaid (1836)” menjadi satu dongeng paling populer soal duyung dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Satu dongeng tentang duyung yang terkenal adalah buah karya pendongeng dunia Hans Christian Andersen.Karya Andersen yang berjudul “The Little Mermaid (1836)” menjadi satu dongeng paling populer soal duyung dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Bahkan kisah
ini sudah difilmkan dalam versi kartun dengan judul yang sama oleh Walt Disne,
namun dengan sedikit pengubahan di bagian akhirnya.Versi asli Andersen,
mengadaptasi kisah yang menjadi patron tentang duyung yang selalu berakhir
dengan kesengsaraan. Berkisah soal duyung yang terobsesi dengan kehidupan di
darat dan tertarik pada seorang pangeran.
Untuk bisa berubah menjadi manusia ia harus rela kehilangan suaranya (bisu). Namun setelah menjadi manusia, sang pangeran tak membalas cintanya karena ia bisu. Akhirnya sang duyung tak bisa menikmati hidup dan berputus asa.
Untuk
mengenang dongeng Hans Christian Andersen yang tersohor ini, patung Little
Mermaid dibangun di pelabuhan di Copenhagen, Denmark. Patung itu menjadi icon
kota pelabuhan itu.
Kisah Joko Tarup Dan 7 Bidadari
Suatu hari Jaka Tarub berangkat berburu di kawasan Gunung Keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga tempat tujuh bidadari mandi.
Jaka Tarub mengambil selendang salah satu bidadari. Ketika 7 bidadari selesai mandi, enam dari tujuh bidadari tersebut kembali ke kahyangan. Sisanya yang satu orang bingung mencari selendangnya, karena tanpa itu ia tidak mampu terbang.
Jaka Tarub muncul datang menolong. Bidadari yang bernama Dewi Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumahnya. Keduanya akhirnya menikah dan mendapatkan seorang putri bernama Dewi Nawangsih.
Selama hidup berumah tangga, Nawangwulan selalu memakai kesaktiannya. Sebutir beras bisa dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu hari Jaka Tarub melanggar larangan Nawangwulan supaya tidak membuka tutup penanak nasi. Akibatnya kesaktian Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.
Maka, persediaan beras menjadi cepat habis. Ketika beras tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendang pusakanya tersembunyi di dalam lumbung. Nawangwulan pun marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut.
Jaka Tarub memohon istrinya untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun tekad Nawangwulan sudah bulat. Hanya demi bayi Nawangsih ia rela turun ke bumi untuk menyusui saja.
Pernikahan Nawangsih
Jaka Tarub kemudian menjadi pemuka desa bergelar Ki Ageng Tarub, dan bersahabat dengan Brawijaya raja Majapahit. Pada suatu hari Brawijaya mengirimkan keris pusaka Kyai Mahesa Nular supaya dirawat oleh Ki Ageng Tarub.
Utusan Brawijaya yang menyampaikan keris tersebut bernama Ki Buyut Masahar dan Bondan Kejawan, anak angkatnya. Ki Ageng Tarub mengetahui kalau Bondan Kejawan sebenarnya putra kandung Brawijaya. Maka, pemuda itu pun diminta agar tinggal bersama di desa Tarub.
Sejak saat itu Bondan Kejawan menjadi anak angkat Ki Ageng Tarub, dan diganti namanya menjadi Lembu Peteng. Ketika Nawangsih tumbuh dewasa, keduanya pun dinikahkan.
Setelah Jaka Tarub meninggal dunia, Lembu Peteng alias Bondan Kejawan menggantikannya sebagai Ki Ageng Tarub yang baru. Nawangsih sendiri melahirkan seorang putra, yang setelah dewasa bernama Ki Getas Pandawa.
Ki Ageng Getas Pandawa kemudian memiliki putra bergelar Ki Ageng Sela, yang merupakan kakek buyut Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram
BAB III
A. Simpulan
Penggolongan sastra nusantara dapat
dibagi atas tiga yaitu penggolongan berdasarkan bentuk : prosa dan puisi,
berdasarkan isi : undang-undang, sejarah, dan petunjuk bagi raja, berdasarkan
pengaruh asing : sastra melayu asli dan sastra pengaruh Hindu.
Cerita binatang dibedakan tiga tipe
yaitu etiological tale (asal usul binatang),fable (cerita
binatang yang mengandung pesan moral) dan beast epic (siklus
cerita binatan degan seekor pelaku utamanya).
Cerita pelipur lara merupakan cerita
yang indah-indah dengan tujuan menghibur pendengarnya. Biasanya berisi cerita
istana yang megah, pengeran yang gagah berani, dan putri yang cantik jelita.
Misalnya kisah cinderella, putri duyung, kisah tujuh bidadari, dan lain.
B.
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya
ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan dipelajari, khususnya tentang
cerita nusantara, cerita binatang, dan cerita pelipur lara di kalangan
masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Amir, Adriyetti. Zuriati dan Khairil
Anwar. 2006. Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang :
Andalas University Press.
Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan
Indonesia. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Danandjaya, James. 1991. Folklor
Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.Jakarta ; Pustaka Utama
Grafiti.
Djamaris, Edwar. 1993. Menggali
Khazanah SASTRA MELAYU KLASIK (Sastra Indonesia Lama). Jakarta : Balai
Pustaka.
Fang, Liaw Yock. 2011. Sejarah
Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Hutomo, Suripan Sadi. 1991. MUTIARA
YANG TERLUPAKAN : Pengantar Studi Sastra Lisan. Jawa Timur : Penerbit
HISKI.
Komentar