Laporan Bacaan Buku Sastra Bandingan Karya Sapardi Djoko Damono



TUGAS 1

LAPORAN BACAAN SASTRA BANDINGAN
 KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO






PIPIN ZAHARA
NIM. 14017066





PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
22 FEBRUARI 2017


A.    PENDAHULUAN
a.       Judul buku                                                : Sastra Bandingan
b.      Pengarang                                                 : Sapardi Djoko Damono
c.       Penerbit                                         : Editum
d.      Tahun terbit                                   : 2009
e.       Cetakan                                         : pertama
f.       Kota dan lembaga penerbit           : Cirendeu, Ciputat
g.      Tebal buku                                    : 134 halaman
h.      Garis besar isi buku                       : Buku Sastra Bandingan karya Sapardi Djoko Damono berisi tentang kajian sastra bandingan. Buku ini terbagi atas sepuluh bab. Bab pertama; Konsep Dasar, kedua; Perkembangan, ketiga; Asli, Pinjaman, Tradisi, keempat; Sastra Bandingan Nusantara, kelima; Membandingkan Dongeng, keenam; Meninjau Romantisme: Kasus Puisi Inggris dan Indonesia, ketujuh; Tentang Penerjemahan Sastra, kedelapan; Rabindranath Tagore dan Kita: Kasus Pengaruh Tokoh Sastra, kesembilan; Alih Wahana, dan bab terakhir berisi daftar bacaan dari buku Sastra Bandingan.

B.     ISI BUKU
Bab Satu: Konsep Dasar
            Pada bab satu ini, Damono memberi penjelasan pengertian sastra bandingan yaitu pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teorinya sendiri. Menurut Remak, kajian sastra di luar batas-batas sebuah negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain seperti seni (misalnya, seni lukis, seni ukir, seni bina, dan seni musik), filsafat, sejarah, dan sains sosial (misalnya, politik, ekonimi, sosiologi), sains, agama, dan lain-lain. Ringkasnya sastra bandingan adalah membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra negara lain dan membandingkan sastra dengan bidang lain sebagai keseluruhan ungkapan kehidupan.
            Maksud pendapat Remak ini, yang termasuk dalam kajian sastra bandingan ada dua, yaitu sastra harus membandingkan dengan sastra, dan sastra juga bisa dibandingkan dengan bidang ilmu lian, seperti seni dan disiplin ilmu lain. Kemudian Nada, seorang pengamat sastra Arab, menyatakan bahwa sastra bandingan adalah studi kajian sastra suatu bangsa yang mempunyai kaitan kesejarahan dengan sastra bangsa lain.

Bab Dua: Perkembangan dari Sastra Bandingan
            Pada bab kedua ini Sapardi Djoko Damono menjelaskan tentang awal mula perkembangan sastra bandingan. Sastra bandingan mula-mula dikembangkan di Eropa, benua yang terbagi menjadi sejumlah bahasa dan kebudayaan, namun pada dasarnya bersumber pada mitologi Yunani dan Kitab suci orang Kristen, yaitu perjanjian baru dan Injil. Peminat sastra bandingan di Eropa baru tertarik untuk membicarakan sastra bandingan sejak abad ke-19 dan ke-20, salah satunya Goethe yang menyatakan bahwa “Sastra nasional sekarang ini sudah menjadi istilah yang tak bermakna;dan bahwa zaman sastra dunia sudah dekat, dan setiap orang harus mempercepat kedatangannya”. Menurut pengamat sastra Timut Tengah, Nada, menyatakan bahwa Geothe sendiri juga mengagumi dan tertarik pada sastra Timur. Dengan begitu, sastra mencakup di negeri-negeri lain.
            Studi sastra bandingan mendapat pengukuhan ketika jurnal Reveu de Litterature Comparee diterbitakan pada abad ke-20 tahun 1921. Jurnal itu berisi karangan-karangan tentang sejarah intelektual salah satunya dalam melacak pengaruh dan hubungan yang melewati batas-batas kebahasaan. Kemudian, Kunst (1990:256) telah membagi kebudayaan Asia menjadi tiga tradisi sastra besar, yakni Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Timur. Pertama, tradisi sastra Timur Tengah erat kaitannya dengan tradisi Eropa dalam hal sejarah, ilmu alam, dan agama. Tradisi ini kajian Nada, yang bermula dari epik Gilgamesh, kemudian kisah Rostam Shahnameh. Kedua, tradisi sastra Asia Selatan berpusat di India dan menjangkau Teluk Benggala sampai ke Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Indonesia, dan Malaysia. Ketiga, tradisi sastra Asia Timur berasal dari Cina dan menyebar ke Jepang, Korea, Mongolia, dan Vietnam.
 Menurut Kunst, hubungan ketiga tradisi dapat dikatakan tidak tampak. Namun, menurut Sapardi Djoko Damono bahwa sastra kalsik Indonesia sebenarnya mendapat pengaruh atau sentuhan dari ketiga tradisi sastra besar Asia tersebut, misalnya naskah klasik yang ditulis dari beberapa bahasa daerah membuktikan adanya pengaruh dari Persi, Asia Selatan, dan Cina.

Bab tiga: Asli, Pinjaman, Tradisi
            Pada dunia karya sastra, banyak yang tiruan dari karya-karya sastra sebelumnya, namun kita bisa membedakan bahwa karya tersebut benar-benar gagasan baru, ide baru, atau ide dari orang lain. Hal ini karena untuk menciptakan karya sastra yang baru, kita harus mempunyai gagasan dan ide yang baru pula, dan betul-betul murni dari pikiran kita sendiri. Pada zaman sekarang, peniruan itu sangat mungkin dan banyak terjadi, bahkan itu telah berlangsung sejak lama ketika manusia saling berinteraksi. Pada umumnya karya sastra pada zaman sekarang selalu ada kemiripan dengan karya sastra sebelumnya, tapi apakah itu terjadi secara kebetulan, sengaja dilakukan atau tidak tau sama sekali. Karya Shakespeare di baca Jepang, kemudian diciptakan kembali oleh seniman Jepang.
            Sapardi Djoko Damono berpendapat bahwa penularan menjadi alasan utama untuk mengembangkan sastra bandingan. dalam hal ini, istilah ‘pengaruh’ harus diartikan secara luas, bukan sekedar proses peniruan. Konsep mengenai pengaruh mencakup spektrum yang luas, mulai dari pinjaman sampai ke tradisi. Jika terjadi penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, itu mengartikan adanya pengalihan suatu budaya ke budaya lain. Sehingga membuka peluang bagi peneliti sastra bandingan. Beberapa kasus yang memperlibatkan terjemahan yang keliru malah bisa menumbuhkan perkembangan baru dalam kesusastraan bahasa sasaran.
            Clements (1978:129) yang mengatakan bahwa puisi epik berkembang sedikit demi sedikit dari tingkat folklor lisan ke arah puisi tertulis yang sangat canggih. Drama-drama Yunani kalsik, seperti Oedipus Rex dan Electra diciptakan berdasarkan kisah dongeng yang beredar di masyarakat. Hal itu mirip dengan yang ada di Indonesia, dalam kebudayaan Jawa dikenal sebagai Paebu Watu Gunung, sedangkan di Sunda dikenal dengan Sangkuriang. Kisah-kisah seperti itu terus bertahan sampai sekarang, dan tidak menyusup ke dalam berbagai bentuk sastra modern. Seorang dramawan, Utuy Tatang Sontani bahkan menulis kisah tersebut dalam dua drama.
Kemudian, kisah yang populer di kalangan masyarakat adalah cinta yang tak kesampaian. Di kebudayaan Barat dikenal dengan Romeo-Juliet, sedangkan dalam khasanah kebudayaan Jawa dikenal kisah Roro Mendut dan Pranacitra, yang kemudian dalam sastra modern diangkat dalam novel oleh Ajip Rosidi dan Mangunwijaya.
Pada bab ini Damono menyatakan bahwa perkembangan sastra modern menunjukkan adanya proses saling mencuri atau saling meminjam. Hal itu juga terjadi adanya hubungan kesusastraan Asia Timur dan Eropa, saling meminjam. Konsep teater absurd dan konkret menumbuhkan jenis baru dalam kesusastraan Asia Timur. Namun, Haiku dari Jepang menumbuhkan pemikiran mengenai cara pengucapan baru dalam puisi, yang dikenal sebagai imagisme dan modernisasi. Sehingga Haiku merupakan puisi citraan dan sama sekali jauh dari argumentasi dan diskusi.

Bab Empat: Sastra Bandingan Nusantara
Pada bab ini Damono menjelaskan tentang Indonesia yang merupakan salah satu negeri yang sangat kaya sebagai sumber penelitian sastra bandingan. Ratusan bahasa sebagai kristalisasi nilai-nilai serta norma, dan ratusan kebudayaan etnik yang menghasilkan kesenian, bahkan telah mencapai bentuk tulis maupun cetak. Indonesia memiliki kekayaan bahasa yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang majemuk, meskipun tidak semuanya memiliki aksara. Namun, menurut Damono berbagai jenis tradisi lisan yang berkembang pun merupakan bahasa yang tidak akan habis-habisnya dikaji dalam rangka kegiatan penelitian sastra bandingan.
Damono juga menjelaskan bahawa sastra, sebagai bagian dari kebudayaan, ditentukan antara lain oleh geografi dan sumber daya alam. Nenek moyang kita menciptakan berbagai sastra lisan, seperti dongeng, legenda, dan puisi lisan yang mengandung tata nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat yang berbeda geografisnya.
Damono mengutip pernyataan A. Ikram (1990) berdasarkan konsep yang ditawarkan oleh Clementes (1978), yang menawarkan studi perbandingan didasarkan pada karya sastra yang berkembang di nusantara, yakni (a) genre dan bentuk, (b) periode, aliran, dan pengaruh, serta, (c) tema dan mitos.
 Damono mengutip pendapat Ikram (1990:8), yang mengatakan bahwa dalam sastra tradisonal, sastra didaktik hadir beragam bentuk seperti syair, hikayat, cerita berbingkai, kidung, sastra tanya-jawab, cerita binatang, yang fungsinya sebagai wahana memberi nasihat. Tokoh fiksi didaktik dalam sastra klasik dan sastra modern kadang menggunakan binatang, sebagai tokoh untuk menyampaikan nasihat. Di Indonesia, binatang yang populer sebagai tokoh fiksi didaktik adalah kancil. Kisah lain yang menggunakan tokoh fiksi didaktik juga terdapat dalam sastra Jawa modern seperti Dongeng Soto Kewan karta Prijono dan dalam sastra Indonesia modern seperti cerita pendek ditulis oleh A.A. Leo yang judulnya Kisah dari Negeri Kambing.
Ciri sastra sejarah sebagai alat legitimasi kekuasaan, sastra sejarah yang panjang dan lengkap menjangkau asal-usul suatu masyarakat mulai dari zaman prasejarah sampai zaman sejarah. Dalam upaya merunut asal usul itu sastra sejarah bisa dimulai dengan mitologi yang menjelaskan asal-muasal suatu bangsa.
Salah satu genre tradisi lisan di Indonesia yang dimiliki oleh semua kebudayaan adalah mantra. Mantra adalah genre sastra lisan yang satu ini biasanya dipergunakan untuk mencapai maksud atau tujuan tertentu. Mantra bisa dipergunakan untuk apa saja, sesuai tujuan yang diinginkan penggunanya. Setiap masyarakat  menciptakan mantra untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tentu saja dipengaruhi kondisi geografis dan budaya yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat. Misalnya, mantra orang Sangir sangat jauh berbeda dengan mantra orang Bali.

Bab lima: Membandingkan Dongeng
            Dongeng mencakup segala jenis kisah yang dalam pengertian Barat dipilah-pilah antaralain menjadi mitos, legenda, dan fabel. Sebuah dongeng dapat dibandingkan dengan dongeng lain, yang berasal dari berbagai negara, tentunya dongeng yang mirip. Penelitian ini tidak hanya mengungkapkan keaslian dan pengaruhnya terhadap yang lain, tetapi lebih kaitan-kaitan antara perbedaan dan persamaan yang ada dan watak suatu masyarakat. Contoh untuk menunjukkan perbandingan mitos dalam dongeng adalah kisah Oedipus di Yunani Kuno yang berkembang selama ribuan tahun. Namun, di akhir cerita kisah Oedipus terdapat berbagai macam versi yang berbeda, yaitu versi Homerus maupun versi Sophocles.
Kisah yang mirip yaitu cerita Sangkuriang yang berasal dari Priangan-kebudayaan Sunda, atau kisah Prabu Watu Gunung, dalam kitab Babad Tanah Jawi, yang dikenal sebagai kebudayaan Jawa Klasik. Tradisi lisan tentang kisah Sangkuriang ini disesuaikan dengan kondisi geografis asal-muasal cerita itu, dan dikaitkan dengan Gunung Tangkubanperahu. Oedipus, Sangkuriang, dan Prabu Watugunung adalah tokoh dalam kisah yang mirip, yaitu seorang laki-laki yang membunuh ayahnya dan mengawini ibunya, hanya saja ketiganya hadir dalam versi yang berbeda. Dalam hal ini, untuk membandingkannya harus menggunakan pendekatan status sosial  tokoh-tokoh yang berbeda satu sama lain.

Bab Enam: Meninjau Romantisme: Kasus Puisi Inggris dan Indonesia
Pada bab ini merupakan usaha untuk menjelaskan suatu gerakan yang muncul dalam kesusastraan Indonesia di sekitar tahun 1930-an, yang ciri-cirinya mengingatkan kita pada gerakan Romantik yang muncul di Eropa Barat sekitar satu abad sebelumnya. Romantisme, atau yang juga sering disebut romantisme adalah gerakan yang terikat pada tempat dan waktu.di negeri-negeri di luar Eropa ciri-ciri Romantisme itu dikenal juga, kalau tidak dalam ujudnya sebagai tradisi lisan juga dalam kitab-kitab klasik dalam berbagai bahasa yang tersebar di seluruh Asia.
Romantisme Inggris mencakup waktu sekitar 100 tahun, mulai dari pertengahan abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-19. Gerakan Romantik di Inggris mencapai kematangan sekitar tahun 1760 dengan munculnya penyair-penyair William Blake dan Willian Wordsworth serta novelis Walter Scott, yang kemudian diikuti dengan perkembangan selanjutnya di abad ke-19.
Munculnya gejala yang sama di Indonesia pada tahun-tahun 1920-an dan 1930-an tentu tidak bisa dicari akarnya di Yunani klasik atau Eropa abad pertengahan. Dalam pengantarnya untuk antologi, Takdir Alisjahbana (2004) memberikan gambaran tentang pemikiran Romantik, pada dasarnya ia menjelaskan perubahan masyarakat agraris menjadi industri, yang pada gilirannya menyebabkan terjadinya perubahan besar di bidang filsafat, agama, seni, ilmu pengetahuan, dan politik.
Dalam perkembangan selanjutnya para penyair Inggris semakin merasakan hubungan mereka dengan alam liar dan bahkan merasa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari alam. Kesadaran dan perhatian akan alam liar itu pada gilirannya mendorong para penyair untuk memperhatikan gejala yang asli, yang primitif- meskipun istilah ini tentu saja dianggap menyinggung perasaan bangsa-bangsa yang diberi label demikian.
Puisi merupakan hasil utama gerakan Romantik di mana pun. Fiksi yang dianggap memiliki nilai-nilai Romantik memang disebut-sebut dalam perkembangan sastra Inggris seperti misalnya yang dihasilkan oleh Walter Scott, namun kualitasnya terutama ada pada niat untuk merayakan petualangan yang diberi latar pada masa lampau.

Bab Tujuh: Tentang Penerjemahan Sastra
Pada bab ini, dijelaskan bahwa hasil dari sajak yang diterjemahkan tentu saja berbeda sebab, menurut beberapa pengamat, dalam melakukan penerjemahan selalu saja ada yang hilang dari aslinya, menyusut, meleset, keliru, derivatif, mekanis, sekunder, dan segala ajektiva yang pada dasarnya menunjukkan bahwa karya terjemahan itu tidak akan bisa mengungguli karya aslinya.
Kemudian Susan Bassnett dalam bukunya memperbincangkan masalah penerjemahan juga mengutip pandangan seorang sastrawan Inggris, Helaire Bellock, yang menyatakan bahwa seni penerjemahan adalah subsidiary art and derivative ‘seni tambahan dan seni tiruan’. Susan Bassnett juga menyebutkan bahwa terjemahan tidak memiliki kewibawaan dan keagungan karya asli dan karena itu orang membiarkan saja merosotnya standar yang dituntut, dan bahkan pada suatu waktu sama sekali menghancurkan seni terjemahan itu sendiri.
Terjemahan sebenarnya merupakan tafsir bangsa tertentu di suatu zaman tertentu terhadap karya sastra milik bangsa lain di zaman tertentu pula. Sajak ‘Kerawang Bekasi’ karya Chairil Anwar boleh dianggap sebagai tafsir bangsa Indonesia zaman perjuangan fisik terhadap sajak MacLeish tentang Perang Dunia II. Jadi, dengan “mengubah dirinya” karya sastra bisa menembus ruang dan waktu, dengan demikian, menyebabkan karya sastra bertahan hidup.

Bab Delapan: Rabindranath Tagore dan Kita
Pada bab ini, dijelaskan puncak minat terhadap gaya penulisan Tagore di Indonesia terjadi pada tahun 1930-an dan 1940-an; Amir Hamzah, Sanusi Pane, dan Aoh K. Hadimadja menulis sejumlah prosa liris yang mengingatkan kita pada gaya penulisan Gitanjali dan Tukang Kebun.
Tagore di kenal sebagai pujangga Asia pertama yang menerima hadiah nobel, tetapi barangkali tidak banyak di antara kita yang mengetahui bahwa pujangga besar itu telah menghasilkan lebih dari 1.000 sajak, delapan novel, lebih dari delapan kumpulan cerpen, lebih dari 2.000 lagu yang lirik dan musiknya ditulis sendiri. Tagore menulis dalam bahasa Bengali. Sejumlah karyanya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,olehnya sendiri atau oleh orang lain.

Bab sembilan: Alih Wahana
            Alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Membanding-bandingkan benda budaya yang beralih wahana merupakan kegiatan yang sah dan bermanfaat bagi pemahaman yang lebih dalam mengenai hakikat sastra. Cerita rekaan bisa diubah menjadi tari, drama, atau film; sedangkan puisi bisa diubah menjadi lagu atau lukisan.
Antara karya sastra dan film didasarkan sejumlah unsur strukturnya yaitu tokoh, latar, alur, dialog, dan sebagainya, harus diubah sedemikian rupa sesuai dengan keperluan jenis kesenian lain, untuk bisa dinikmati. Unsur penting dalam ekranisasi ini yaitu dialog. Film tidak memungkinkan adanya dialog yang panjang seperti yang di dalam novel. Dialog yang diambil dari novel seperlunya saja untuk kepentingan film. Jika dialog itu hilang atau perannya dikurangi, makan novel Mh. Rusli akan muncul sebagai suatu karya seni yang amanatnya berbeda. Perbedaan itu merupakan objek penelitian penting dalam sastra bandingan. Jika diangkat ke panggung ketoprak, susunan dialognya tentu akan berbeda pula dengan film.
Musikalisasi puisi, yaitu perpaduan antara puisi dan musik. Artinya jika karya sastra diperlakukan secara kreatif akan mampu menghasilkan karya yang lebih indah, yaitu dengan cara memadukan puisi dan musik, dalam bentuk nyanyian. Salah satu contoh, grup musik populer Bimbo yang menggunakan sajak-sajak Taufiq Ismail, seperti Sajadah Panjang, juga sajak Ramadhan K.H., dan Wing Kardjo menjadi lirik lagu yang indah dinikmati. Kajian yang dapat dilakukan sastra bandingan mengenai musikalisasi puisi ini, antara lain tentang proses suasana dan jiwa puisi terekam dalam lagu, pengaruh nada dalam memahami puisi.

C.    KOMENTAR
Sastra bandingan adalah salah satu studi untuk membandingkan karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lainnya, baik mempelajari hubungan timbal balik karya sastra dari dua atau lebih kebudayaan nasional yang biasanya berlainan bahasa, maupun pengaruh karya sastra yang satu terhadap karya sastra yang lain.
Menurut Saya, isi buku Sastra Bandingan karya Sapardi Djoko Damono ini sudah baik, sudah memberikan gambaran yang cukup jelas tentang sastra bandingan. Mulai dari apa itu sastra bandingan, perkembangan dari sastra bandingan, asli, pinjaman, tradisi, sastra bandingan di Nusantara dan lainnya sudah disampaikan cukup jelas. Buku Sastra Bandingan ini merupakan hasil telaah dari buku-buku dan teori ilmu sastra bandingan, sumber yang ada dalam buku ini sebagian besar dari penulis asing. Kalau ingin memahami secara mendalam, buku ini harus dibaca berulang-ulang. Karena gaya penulisan Sapardi Djoko Damono tidak teoritis, tapi lebih banyak  kegaya penulisan karya sastra. Namun, apabila kita baca berulang-ulang dari bab perbab, akan mudah memahaminya dan kita akan mudah menarik kesimpulan apa itu sastra bandingan.
Setelah membaca buku Sastra Bandingan karya Sapardi Djoko Damono ini, penulis membandingkannya dengan buku Metodologi Penelitian Sastra Bandingan karya Suwardi Endraswara yang merupakan sama-sama membahas tentang sastra bandingan. Buku ini diterbitkan di Jakarta pada tahun 2011 dengan ISBN 978-979-1012-43-0, serta memiliki ketebalan 234 halaman. Menurut saya, isi buku Sastra bandingan karya Sapardi Djoko Damono ini lebih fokus ke sastra bandingannya dan isi buku Metodologi Penelitian Sastra Bandingan karya Suwardi Endraswara lebih fokus ke penelitian sastra bandingan.
Buku Metodologi Penelitian Sastra Bandingan karya Suwardi Endraswara membahas berbagai macam metodologi penelitian sastra. Ada sebelas jenis penelitian sastra, mulai dari hakikat sastra bandingan, sejarahnya, sastra nasional, ontologi sastra bandingan dan lainnya sudah tersampaikan secara jelas dan rinci. Apabila dibandingkan dengan buku Sastra Bandingan karya Sapardi Djoko Damono. Salah satu diantaranya yaitu pada bab lima bagian Ontologi yang membahas sastra bandingan. Pada buku Metodologi Penelitian Sastra Bandingan karya Suwardi ini, sudah dijelaskan dengan rinci tentang konsep dasarnya dan sejarah perkembangan sastra bandingan.

D.    PENUTUP
Manfaat yang diperoleh dari membaca buku Sastra Bandingan karya Sapardi Djoko Damono ini yaitu saya bisa menambah ilmu pengetahuan tentang sastra bandingan. Buku ini sangat baik dibaca untuk tahap awal mengenal sastra bandingan. Buku Sastra Bandingan karya Sapardi Djoko Damono ini sebenarnya sangat menarik, pembahasannya seperti karya sastra, banyak terdapat contoh-contoh karya sastra bandingan yang telah dianalisis oleh Sapardi Djoko Damono dan tidak banyak ditemukan teori-teori didalamnya. Namun kita tidak bisa membacanya satu kali saja, harus benar-benar dipahami bab perbabnya agar apa yang ingin disampaikan Damono dalam bukunya dapat kita terima. Jadi, buku Sastra Bandingan Karya Sapardi Djoko Damono ini bisa dijadikan buku pegangan untuk mengkaji sastra bandingan di Indonesia, agar studi sastra bandingan di Indonesia semakin mendalam kajiannya.





Komentar

Nurliana Novi mengatakan…
Hari baik untuk semua warga negara Indonesia dan juga seluruh ASIA, nama saya adalah Ibu Nurliana Novi, saya ingin membagikan kesaksian hidup saya di sini mengenai platform ini untuk semua warga negara Indonesia dan seluruh asia untuk berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Allah telah mendukung saya melalui ibu Nyonya Elina yang baik

 Setelah beberapa lama mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan terus menolak, saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tapi saya menipu dan kehilangan Rp 15.000.000 dengan pinjaman pinjaman yang berbeda.

Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan seorang teman saya yang kemudian mengenalkan saya kepada Nyonya Elina, pemilik perusahaan pinjaman global, jadi teman saya meminta saya untuk melamar dari Ibu Elina, jadi saya mengumpulkan keberanian dan menghubungi Mrs. Elina.

Saya mengajukan pinjaman sebesar Rp500.000.000 dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman tersebut disetujui dengan mudah tanpa tekanan dan semua pengaturan dilakukan atas pengalihan kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan jaminan pinjaman. Transfer saya hanya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi aplikasi Mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari dua jam uang pinjaman telah dimasukkan ke rekening bank saya.

Saya pikir itu adalah lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya sehingga akun saya dikreditkan sebesar Rp500.000.000. Saya sangat senang bahwa ALLAH akhirnya menjawab doaku dengan memesan pinjaman saya dengan pinjaman awal saya, yang telah memberi saya keinginan hati saya.


Mereka juga memiliki tim ahli yang akan memberi tahu Anda tentang jenis bisnis yang ingin Anda investasikan dan bagaimana menginvestasikan uang Anda, sehingga Anda tidak akan pernah bangkrut lagi dalam hidup Anda.


Semoga ALLAH memberkati Ibu Elina karena telah membuat hidup saya mudah, jadi saya menyarankan siapapun yang tertarik untuk mendapatkan pinjaman agar dapat menghubungi Ibu Elina melalui email: elinajohnson22@gmail.com untuk pinjaman Anda

Ada perusahaan palsu lain yang online menggunakan kesaksian saya untuk mencapai keinginan egois mereka, sayalah satu-satunya dengan kesaksian sejati ini, ketika Anda menghubungi kemudian meminta bukti dari pembayaran kepada ibu tersebut, mohon berhati-hati terhadap orang-orang ini baik-baik saja.

Akhirnya saya ingin mengucapkan terima kasih untuk meluangkan waktu untuk membaca kesaksian tentang hidup sejati saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda.
Satu lagi nama saya adalah mrs nurliana novi, Anda bisa menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: nurliananovi96@gmail.com

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS STRUKTUR, KOHESI DAN KOHERENSI CERPEN HENING DI UJUNG SENJA KARYA WILSON NADEAK

Makalah Penggolongan Sastra Nusantara Cerita Binatang dan Pelipur Lara

Membandingkan Cerpen Malin Deman dan Cerpen Jaka Tarub Berdasarkan Ilmu Sastra Bandingan